Mari kita Berkawan

August 11, 2010

Menyingkap Ramadhan

RAMADHAN adalah sebuah bulan yang sangat erat dengan telinga setiap muslim, bahkan semenjak kecil ki ta telah dikenalkan dengan Ramadhan, kita semua mengetahui bahwa Ramadhan adalah bulan puasa, namun sangat jarang diantara kita yang mengerti apa arti Ramadhan dan makna yangterkandung dari kata "Ramadhan"itu sendiri.

Ramadhan secara leksikal berarti : membakar, amat panas. Penyebutan bulan Ramadhan -bulan ke-9 pada kalender Hijriah- sesuai dengan kondisi cuaca pada bulan tersebut."

Kita patut bangga menyaksikan semangat beribadah yang timbul saat bulan Ramadhan tiba, namun dalam kebanggaan tersebut kita lebih patut lagi bersedih karena fenomena yang ada adalah seakan-akan masyarakat kita menyembah Ramadhan dan bukan menyembah Tuhannya. Ramadhan, kalau memang kita menyembah Tuhannya Ramadhan maka tidak sepatutnyalah kita bermalas-malasan beribadah di luar bulan Ramadhan tersebut.

Ramadhan adalah sebuah kata yang terbentuk dari lima huruf, dan setiap hurufnya memiliki makna tertentu yaitu : Ra : rahmat (rahmat Allah), Mim : maghfirah (ampunan Allah), Dhod : Dhommanun li al jannah (jaminan untuk menggapai surga), Alif : Amaanun min an nar (terhindar dari neraka) Nun : Nurullahi al Azizi al Hakim al Ghofuuri ar Rahiim (cahaya dari Allah swt yang maha kuasa dan bijaksana, maha pengampun dan pengasih.)

Saat kita telaah makna yang terkandung dalam kata ramadhan tersebut kita akan semakin meyakini bahwa datangnya bulan Ramadhan adalah membawa sebuah keberkahan dari Allah SWT untuk kita sebagai hamba-Nya. Hal ini sesuai sabda Nabi Muhammad SAW dalam haditsnya, Artinya : dari Abi Hurairoh RA, bahwasanya nabi Muhammad SAW berkata saat Ramadhan telah tiba: telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah, pada bulan tersebut engkau diwajibkan berpuasa dan dibukalah pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka dan syaithan-syaithan di belenggu, dalam bulan tersebut ada satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan, barang siapa yang tidak mampu mendapatkan kebaikan bulan ramadhan tersebut maka haramlah baginya surga. Riwayat Ahmad, an Nasa'i, dan Baihaqi.

Dari hadits di atas terdapat kaitan yang sangat erat dengan bulan Ramadhan itu sendiri, rahmat dan magfirah adalah dua sisi yang sangat erat bagaikan dua sisi pada uang logam yang tak terpisahkan, disaat Allah SWT menurunkan rahmat-Nya maka maghfirah-Nyapun turun mengiringi, demikian juga sebaliknya. Ketika rahmat Allah SWT yang diiringi oleh maghfirah-Nya ini telah mengalir maka jaminan mendapatkan surga dan terhindar dari neraka telah menanti.

Namun hal ini semua hanya bisa didapat ketika kita bisa mendapatkan Nur Illahi yang maha Agung dan Bijaksana, maha Pengampun dan Pengasih. Jadi rangkaian huruf dari kata Ramadhan ini adalah sebuah pemaparan yang sangat jelas dalam proses perjalanan mendapatkan kebahagiaan.

Seolah Ramadhan membisikkan makna "Rahmat dan Magfirah Allah swt yang pasti berbuah jaminan untuk masuk surga dan terhindar dari api neraka hanya bisa diraih dengan cara mengikuti cahaya bimbingan dari Allah SWT. Allah SWT berfirman : Barang siapa yang tidak diberi cahaya oleh Allah SWT tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun. Alquran : an Nur 40.

Dan cahaya tersebut adalah Alquran yang Cahaya (Allah SWT) turunkan kepada Cahaya (Muhammad saw) di bulan Ramadhan yang penuh cahaya ini.

"Allah SWT berfirman dalam Alquran : artinya "Wahai orang-orang yang beriman telah datang kepada kalian petunjuk dan kami turunkan kepada kalian cahaya (Alquran) yang memberikan penjelasan. Alquran : an Nisa 174"

Kaitan ini sangatlah jelas di paparkan oleh Rasulullah SAW. dalam sebuah haditsnya, Beliau bersabda : artinya " Alquran dan puasa memberikan syafaat kepada hamba yang berpuasa pada hari kiamat, puasa berkata, wahai Tuhan, aku telah mencegahnya dari makan dan syahwat maka jadikanlah aku syafaat baginya, dan Alquran berkata, wahai Tuhan aku mengakibatkanya tidak tidur waktu malam maka jadikanlah aku syafaat baginya maka keduanya menjadi syafaat.Riwayat Ahmad, Tibrani, Hakim berkata Shohih dalam kategori imam Muslim.

Mari kita isi Ramadhan ini dengan mencintai Alquran yang merupakan mukjizat terbesar sepanjang zaman, di kagumi para ilmuwan, disambut gembira para cendikiawan,, orientalis murni tunduk penuh kekaguman, diterima setiap lapisan dan membacanya tak akan bosan, membaca, mempelajari, menelaah, dan mengaflikasikannya adalah sebuah amal kebajikan.

Dengan kecintaan ini kita harapkan bisa meraih nilai plus dari bulan Ramadhan ini yang dijanjikan oleh Rasulullah SAW dalam haditsnya, artinya "barang siapa berpuasa Ramadhan disertai keimanan dan dan "ihtisaban (karena Allah dan hanya mengharap pahala dari-Nya) maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. al hadits riwayat Bukhori, Muslim, Tirmizie dan Nasa'i.

Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Abu Hurairoh, Beliau bersabda, artinya : barang siapa "qiyam" melaksanakan Ibadah, sholat dll) dalam bulan Ramadhan disertai keimanan dan "ihtisaban (karena Allah SWT dan hanya mengharap pahala dari-Nya maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Al Hadits diriwayat Bukhori dan Muslim.

Shiyam dan Qiyam menghantarkan kita menggapai nilai plus tersebut hingga kita bisa keluar dari bulan yang penuh berkah ini dengan predikat diampuni.

Ramadhan yang penuh berkah ini bukanlah sebuah pemberian gratis dari Allah SWT, justru sebaliknya adalah sebuah hutang yang kita pinjam dengan jaminan yang sangat mahal, yaitu berkurangnya umur sebanyak satu tahun.

Semoga Allah SWT senantiasa menerima shiyam kita dan amal shaleh lainnya dan mudah-mudahan tarhib ini dapat membangkitkan semangat beribadah kita sekalian sehingga membuka peluang bagi terwujudnya Indonesia yang lebih baik, lebih aman, lebih adil dan lebih sejahtera. Dan itu baru akan terwujud jika bangsa ini yang mayoritasnya adalah umat Islam kembali kepada Syariat Allah.

Ramadhan Penuh Makna

Hari demi hari telah kita lewati di bulan Ramadhan ini, bulan yang penuh berkah, bulan dimana pintu kebaikan dibuka seluas-luasnya oleh Rabb semesta alam. Berbagai amalan ibadah akan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Pertanyaannya kemudian, sudahkah kita memaknai Ramadhan ini dengan benar?
Salah satu amalan paling penting di bulan ini adalah puasa, yakni menahan lapar, dahaga, dan hubungan suami istri sejak terbit fajar sampai tenggelamnya matahari. Tapi tentu saja esensi puasa bukan hanya seperti itu saja, sebab selain meninggalkan makan dan minum, puasa juga melazimkan kita untuk meninggalkan hawa nafsu. Lapar dan haus akan menjadi tidak bermakna ketika kita masih juga mengumbar kesenangan yang dilarang.

Puasa merupakan perisai dari panasnya api neraka, juga perisai dari hawa nafsu yang membelenggu. Selain itu puasa juga mempunyai keutamaan yang tidak ada dalam ibadah yang lain, yaitu pengaitannya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang telah berfirman dalam hadits qudsy,
“Puasa itu bagiKu dan aku memberi balasan dengannya.” (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Kelebihan puasa bisa dilihat dalam dua makna berikut:
1. Puasa termasuk amal yang tersembunyi dan amal batin yang tidak bisa dilihat orang lain, sehingga tidak mudah disusupi riya’.
2. Sebagai cara untuk menundukkan musuh Allah. Karena sarana yang digunakan musuh adalah syahwat. Syahwat bisa menjadi kuat karena makanan dan minuman. Selagi lahan syahwat tetap subur, maka syetan bisa berkeliaran di tempat gembalaan yang subur itu. Tapi jika syahwat ditinggalkan, maka jalan kesana juga menjadi sempit.

Ibnu Qudamah dalam Minhajul Qashidin mengungkapkan bahwa puasa mempunyai tiga tingkatan makna, yaitu:
1. Puasa secara umum, ialah menahan perut untuk tidak makan dan minum serta menahan kemaluan untuk melampiaskan syahwat.
2. Puasa secara khusus, ialah menahan pandangan, lidah, tangan, kaki, pendengaran, penglihatan, dan seluruh anggota tubuh dari dosa.
3. Puasa secara khusus dari yang khusus, ialah puasa hati dari hasrat-hasrat yang hina dan pikiran-pikiran yang menjauhkan dari Allah serta menahan diri dari hal-hal selain Allah secara keseluruhan.

Di antara adab berpuasa secara khusus adalah menahan pandangan mata, menjaga lidah dari ucapan-ucapan yang diharamkan dan dimakruhkan atau dari ucapan yang tidak bermanfaat, serta menjaga seluruh anggota badan. Dalam hadits riwayat Al-Bukhari disebutkan bahwa Nabi shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
“Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan palsu dan pengamalannya, maka Allah tidak mempunyai keperluan untuk meninggalkan makanan dan minumannya (puasanya).” (HR Al-Bukhari, Abu Dawud, dan At-Tirmidzi)
Puasa juga dapat melatih kita untuk mendidik jiwa. Menurut Al-Muhasibi, jika seseorang tahu bahwa tidak bisa maksimal untuk mendidik jiwanya, maka hendaknya dia mulai memberikan sentuhan rasa lapar. Ketika merasa lapar itulah jiwa seseorang biasanya mulai tunduk dan patuh, sehingga seseorang mulai bisa mencela jiwanya sendiri dan mengingatkannya pada adzab Allah dan tempat kembalinya kelak di sisi Allah.
Jiwa itu sedikit demi sedikit mulai bisa dikendalikan dan bisa dikekang sebagian keinginannya yang menggebu-gebu. Jiwa mulai bisa disadarkan akan keberadaan ancaman Allah. Dia mulai mengagungkan Allah dan berulang kali mengingat pedihnya siksa Allah.
Agar puasa Ramadhan tidak kehilangan makna, maka kita juga harus mengisinya dengan amalan-amalan ibadah, diantaranya adalah shalat tarawih berjamaah, bersedekah, dan membaca Al-Qur’an. Shalat tarawih berjamaah merupakan amalan yang sudah ada sejak zaman Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Salam, hanya saja beliau tidak terus menerus melaksanakannya secara berjamaah, karena khawatir akan dianggap sebagai sebuah kewajiban. Tradisi shalat tarawih berjamaah dihidupkan lagi oleh Khalifah Umar Ibnu Khattab.
Tentang Bersedekah dan membaca Al-Qur’an, Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhu berkata, “Sesungguhnya Nabi Shalallahu alaihi wa salam adalah orang yang paling pemurah dalam kebaikan dan beliau akan lebih dermawan (dari hari-hari biasanya) pada bulan Ramadhan, ketika Jibril datang menemuinya dan adalah Jibril selalu datang menemuinya setiap malam dari malam-malam bulan Ramadhan, hingga Ramadhan selesai, Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Salam membacakan al-Qur’an kepada Jibril. Dan di saat ia bertemu Jibril beliau lebih pemurah (lembut) dari angin yang berhembus dengan lembut”. (Muttafaq ‘alaih).
Banyak ulama salaf yang menutup kuliah-kuliahnya di bulan Ramadhan dan mengkhususkan diri untuk membaca dan mentadabburi Al-Qur’an. Dalam satu bulan banyak yang mengkhatamkan Al-Qur’an puluhan kali. Imam Syafi’i misalnya, beliau mengkhatamkan Al-Qur’an sebanyak 60 kali.
Untuk itu mari kita manfaatkan bulan suci ini dengan sebaik-baiknya, karena bisa jadi ini adalah Ramadhan terakhir kita. Rasululah Shalallahu ‘Alaihi wa Salam bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala, niscaya dosa-dosanya yang telah berlalu akan diampuni.” (Muttafaq ‘alaih). Wallahu a’lam.
Referensi:
1. ‘Abdul ‘Azhim bin Badawi Al-Khalafi, Panduan Fiqh Lengkap Jilid 2, Pustaka Ibnu Katsir, 2005
2. Al-Muhasibi, Renungan Suci Bekal Menuju Takwa, PUstaka Azzam, 2001
3. Ibnu Qudamah, Minhajul Qasidin Jalan Orang-orang yang Mendapat Petunjuk, Pustaka Al-Kautsar, 2005

Fadhilat Sembahyang Terawih

Fadhilat Sembahyang Terawih

Malam 1 : keluar dosa-dosa orang mukmin pada malam pertama sepertimana ia baru dilahirkan, mendapat keampunan dari Allah.
Malam 2 : diampunkan dosa-dosa orang mukmin yang sembahyang terawih serta kedua ibubapanya (sekiranya mereka orang beriman).
Malam 3 : berseru Malaikat di bawah ‘Arasy supaya kami meneruskan sembahyang terawih terus menerus semoga Allah mengampunkan dosa engkau.
Malam 4 : memperolehi pahala ia sebagaimana pahala orang-orang yang membaca kitab-kitab Taurat, Zabur, Injil dan Al-Quran.
Malam 5 : Allah kurniakan baginya pahala seumpama orang sembahyang di Masjidilharam, Masjid Madinah dan Masjidil Aqsa.
Malam 6 : Allah kurniakan pahala kepadanya pahala Malaikat-malaikat yang tawaf di Baitul Ma’mur (70 ribu Malaikat sekali tawaf), serta setiap batu-batu dan tanah-tanah mendoakan supaya Allah mengampunkan dosa-dosa orang yang mengerjakan sembahyang terawih poda malam ini.
Malam 7 : Seolah-olah ia dapat bertemu dengan Nabi Musa serta menolong Nabi ‘Alaihissalam nenentang musuh ketatnya Fir’aun dan Hamman.
Malam 8 : Allah mengurniakan pahala orang sembahyang terawih sepertimana yang telah dikurniakan kepada Nabi Allah Ibrahim ‘Alaihissalam.
Malam 9 : Allah kurniakan pahala dan dinaikkan mutu ibadat hambanya seperti Nabi Muhammad S.A.W.
Malam 10 : Allah Subhanahuwata’ala mengurniakan kepadanya kebaikan di dunia dan di akhirat.
Malam 11 : Keluar ia daripada dunia (mati) bersih daripada dosa seperti ia baharu dilahirkan.
Malam 12 : Datang ia pada hari Qiamat dengan muka yang bercahaya (cahaya ibadatnya).
Malam 13 : Datang ia pada hari Qiamat dalam aman sentosa daripada tiap-tiap kejahatan dan keburukan.
Malam 14 : datang Malaikat menyaksikan ia bersembahyang terawih, serta Allah tiada menyesatkannya pada hari Qiamat.
Malam 15 : Semua Malaikat yang menanggung ‘Arasy, Kursi, berselawat dan mendoakannya supaya Allah mengampunkannya.
Malam 16 : Allah subhanahuwata’ala tuliskan baginya terlepas daripada neraka dan dimasukkan ke dalam Syurga.
Malam 17 : Allah kurniakan orang yang berterawih pahalanya pada malam ini sebanyak pahala Nabi-Nabi.
Malam 18 : Seru Malaikat : Hai hamba Allah sesungguhnya Allah telah redha kepada engkau dan ibubapa engkau (yang masih hidup atau mati)
Malam 19 : Allah Subhanahuwata’ala tinggikan darjatnya di dalam Syurga Firdaus.
Malam 20 : Allah kurniakan kepadanya pahala sekelian orang yang mati syahid dan orang-orang solihin.
Malam 21 : Allah binakan sebuah istana dalam Syurga daripada nur.
Malam 22 : Datang ia pada hari Qiamat aman daripada tiap-tiap dukacita dan kerisauan (tidaklah dalam keadaan huru-hara di Padang Masyar).
Malam 23 : Allah Subhanahuwataala binakan kepadanya sebuah bandar di dalam Syurga daripada nur.
Malam 24 : Allah buka peluang 24 doa yang mustajab bagi orang berterawih malam ini, (elok sekali berdoa ketika dalam sujud)
Malam 25 : Allah Taala angkatkan daripada siksa kubur.
Malam 26 : Allah kurniakan kepada orang berterawih pahala pada malam ini seumpama 40 tahun ibadat.
Malam 27 : Allah kurniakan orang berterawih pada malam ini ketangkasan melintas atas titian Sirotolmustaqim seperti kilat menyambar.
Malam 28 : Allah Subhanahuwataala kurniakan kepadanya pahala 1000 darjat di akhirat.
Malam 29 : Allah Subhanahuwataala kurniakan kepadanya pahala 1000 kali haji yang mabrur.
Malam 30 : Allah Subhanahuwataala beri penghormatan kepada orang berterawih pada malam terakhir ini yang teristimewa sekali, lalu berfirman:
“Hai hambaKu : makanlah segala jenis buah-buahan yang engkau ingini hendak makan di dalam syurga, dan mandilah engkau dariapda air syurga yang bernama Salsabila, serta munumlah air daripada telaga yang dikurniakan kepada Nabi Muhammad S.A.W. yang bernama ‘Al-Kauthar’.”

Makna dan fadhilat ramadhan,

1) Ta’rif Puasa (As-Siyam).
Menurut bahasa ArabMenahan daripada melakukan semua perkara.
Menurut Istilah Syara’Menahan diri daripada perkara-perkara yang membatalkan puasa, bermula dari terbit fajar (subuh) hingga terbenam matahari.
2) Hukum Puasa.
Berpuasa di bulan Ramadhan adalah salah satu daripada Rukun Islam dan merupakan salah satu daripada binaannya yang besar. Dalilnya, firman Allah Ta‘ala (Al-Baqarah:183) yang bermaksud: 
Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan ke atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan ke atas orang-orang sebelum kamu supaya kamu bertaqwa
Juga berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar y katanya: Nabi rbersabda yang bermaksud:
Islam itu dibina di atas lima rukun: Mengucap syahadah ‘Laa ilaaha illallah, Muhammadar Rasulullah’, mendirikan solat, mengeluarkan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan menunaikan haji ke Baitullah”. (Muttafaq ‘alaih: Al-Bukhari dan Muslim).
Puasa Ramadhan difardhukan ke atas umat Islam pada tahun kedua Hijrah.

3) Kelebihan (fadhilat) serta hikmat disyari‘atkan puasa.
Bulan Ramadhan merupakan suatu musim yang sangat berharga untuk melakukan ketaatan kepada Allah. Sekiranya diberi kesempatan (hidup) di dalamnya maka ia merupakan suatu nikmat yang besar serta limpahan kurniaan daripada Allah Yang Maha Mulia. Allah menganugerahkannya kepada hamba-Nya yang dikehendaki untuk memperbanyakkan amal kebajikan, menaikkan darjat, menghapuskan kesalahan dan mengukuhkan hubungan dengan penciptanya Jalla wa ‘Ala (Yang Maha Tinggi). Semoga dituliskan baginya pahala yang besar, ganjaran yang banyak dan dapat mencapai keredhaan Allah serta hatinya dipenuhi dengan rasa takut kepada Allah.
4) Syarat-syarat wajib Puasa.
Para ulama’ telah berijma’ (bersepakat) bahawa puasa diwajibkan ke atas setiap orang muslim yang baligh, berakal, sihat dan bermukim (tidak musafir). Demikian juga ia diwajibkan ke atas setiap wanita apabila suci daripada haid dan nifas.
5) Adab-adab Puasa.
a- Menjauhi daripada mengumpat, mengadu (menghasut) dan lainnya daripada perbuatan yang diharamkan oleh Allah. Setiap muslim mesti menjaga lidahnya daripada menyebut perkataan yang haram sertamemeliharanya daripada bercakap mengenai hal orang lain. Sabda Nabi yang bermaksud:
Sesiapa yang tidak meninggalkan percakapan dusta bahkan terus melakukannya maka Allah tidak berhajat kepadanya untuk dia meninggalkan makanannya dan minumannya”. (H.R. Al-Bukhari).
b- Jangan meninggalkan makan sahur, kerana sahur boleh membantu orang yang berpuasa untuk menyempurnakan ibadat puasanya, agar dia dapat melalui siang harinya dalam keadaan rehat dan dapat menjalankan kerja-kerjanya dengan baik. Rasulullah r telah menggalakkan umatnya bersahur dengan sabdanya yang bermaksud:
Sahur adalah makanan yang diberkati. Jangan kamu tinggalkannya walaupun dengan meminum seteguk air, kerana Allah I dan para malaikat-Nya mendoakan (memberi rahmat) kepada orang yang bersahur”. (H.R.Ahmad).
c- Segera berbuka puasa apabila telah pasti terbenam matahari (maghrib). Sabda Nabi yang bermaksud:
Manusia sentiasa berada dalam keadaan baik sekiranya mereka segera berbuka puasa”. (Muttafaq ‘alaih).
d- Seboleh-bolehnya berbuka dengan ruthab (tamar separuh masak) atau tamar kering, kerana berbuka dengannya adalah sunnah. Kata Anas yang bermaksud:
Rasulullah r berbuka puasa sebelum menunaikan solat dengan ruthab, jika tiada ruthab Baginda berbuka dengan tamar, jika tiada tamar dengan beberapa teguk air”. (H.R. Abu Daud).
e- Memperbanyakkan membaca al-Quran, berzikir, memuji dan memuja Allah, bersedekah, membuat kebajikan, melakukan amalan sunat dan lainnya daripada amalan yang soleh.
Kata Abdullah bin ‘Abbas yang bermaksud:
Rasulullah r adalah seorang yang sangat pemurah dan suka melakukan kebaikan. Kemurahannya semakin bertambah di bulan Ramadhan ketika bertemu dengan Jibrail. Jibrail datang bertemu dengannya setiap malam di bulan Ramadhan untuk mengulang al-Quran. Keadaan Rasulullah r ketika bertemu Jibrail adalah sangat pemurah dalam melakukan kebajikan, lebih cepat daripada angin yang bertiup kencang”. (H.R. Al-Bukhari dan Muslim).
6) Perkara-perkara yang membatalkan puasa.
a- Makan dan minum dengan sengaja pada siang hari. Demikian juga dengan melakukan perkara-perkara lain yang membatalkan puasa seperti; memasukkan air ubat yang mengenyangkan atau menelan ubat melalui mulut, kerana hukumnya seperti hukum memakan makanan dan minuman. Adapun perbuatan mengeluarkan darah yang sedikit, seperti mengambil darah untuk dikaji maka ia tidak menjejaskan puasa.
b- Melakukan jima’ (persetubuhan) pada siang hari dalam bulan Ramadhan. Jima’ membatalkan puasa. Sesiapa yang melakukannya wajib bertaubat kepada Allah kerana telah mencabuli kehormatan bulan Ramadhan. Wajib ke atasnya mengqadha puasa hari yang dilakukan jima’ padanya dan membayar kifarat; iaitu dengan memerdekakan seorang hamba. Jika tidak ada hamba wajib ke atasnya berpuasa dua bulan berturut-turut. Jika tidak mampu, wajib ke atasnya memberi makan enam puluh orang miskin. Setiap orang diberikan setengah gantang gandum atau sebagainya daripada makanan (asasi) yang dimakan di negeri itu. Ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah y:
بينما نحن جلوس عند النبي r إذ جاء رجل، فقال: يا رسول الله هلكت. قال:  “ما لك؟” قال: وقعت على امرأتي وأنا صائم. فقال رسول الله r: “هل تجد رقبة تعتقها؟” قال: لا. قال: “فهل تستطيع أن تصوم شهرين متتابعين؟” قال: لا. قال: “فهل تجد إطعام ستين مسكيناً؟” قال: لا. قال: فمكث النبي r، فبينما نحن على ذلك أُتيَ النبي r بعَرَق فيه تمر -والعَرَق: المِكْتَل-، قال: “أين السائل؟” فقال: أنا. قال: “خذ هذا فتصدق به”. فقال الرجل: على أفقر مني يا رسول الله؟ فو الله ما بين لابتيها -يريد الحرتين- أهل بيت أفقر من أهل بيتي. فضحك النبي r حتى بدت أنيابه، ثم قال: “أطعمه أهلك)) رواه البخاري ومسلم.
Sedang kami duduk bersama Rasulullah r tiba-tiba datang seorang lelaki memberitahu kepada Rasulullah: Wahai Rasulullah: Binasalah saya! Sabda Nabi: “Kenapa dengan kamu ini?”. Jawabnya: Saya telah melakukan jima’ dengan isteri saya sedangkan saya berpuasa. Sabda Nabi: “Apakah kamu memiliki seorang hamba?”. Jawabnya: Tidak. Sabda Nabi lagi: “Apakah kamumampu melakukan puasa dua bulan berturut-turut?”. Jawabnya: Tidak. Sabda Nabi lagi: “Apakah kamu mempunyai makanan untuk enam puluh orang miskin?”. Jawabnya: Tidak. Rasulullah diam seketika, tiba-tiba datang seorang membawa tamar satu ‘araq (sebuah bakul yang dibuat daripada daun kurma, anggaran muatannya sebanyak lima belas gantang) Nabi r pun bertanya: “Di mana orang yang bertanya tadi?”. Jawab lelaki itu: Saya. Sabda Nabi r: “Ambillah tamar ini dan sedekahkannya”. Jawab lelaki itu: Apakah kepada orang yang lebih fakir daripada saya wahai Rasulullah?. Demi Allah, tidak ada penduduk di antara dua tanah hitam (Madinah) ini lebih fakir daripada keluarga kami. Rasulullah r tersenyum hingga nampak gigi taringnya, kemudian Nabi r bersabda: “Berilah makan kepada keluargamu”. (H.R. Al-Bukhari dan Muslim).
c- Keluar mani dengan sebab bercumbu, bersentuhan atau mengeluarkan dengan tangan atau mengulang-ulang pandangan kepada perkara yang memberahikan. Apabila seorang yang sedang berpuasa mengeluarkan mani dengan sebab-sebab yang tersebut terbatallah puasanya dan wajib ke atasnya menggantikannya (qadha). Dia mesti meneruskan puasanya pada hari tersebut dan tidak dikenakan kifarat, wajib bertaubat, menyesali perbuatan tersebut dan beristighfar serta menjauhkan perkara-perkara yang boleh membangkitkan syahwatnya.
Kalau seseorang yang sedang berpuasa tidur kemudian bermimpi hingga keluar mani maka perkara tersebut tidak menjejaskan puasanya. Dia tidak dikenakan fidyah tetapi wajib ke atasnya mandi hadas.
d- Muntah dengan sengaja, iaitu dengan mengeluarkan makanan daripada perut melalui mulut. Tetapi jika termuntah dengan sendiri dan bukan dengan sengaja atau kehendak sendiri maka tidak menjejaskan puasanya, sabda Nabi r:
(( من ذرعه القيء فليس عليه قضاء، ومن استقاء عمداً فليقض )) رواه أبو داود والترمذي.
Sesiapa yang termuntah tidak dikenakan qadha, dan sesiapa yang muntah dengan sengaja wajib ke atasnya qadha”. (H. R. Abu Daud dan at-Tirmizi).
e- Keluar darah haid atau nifas, sama ada keluar pada awal pagi atau petang ataupun sebelum terbenam matahari, maka puasanya terbatal
Bagi orang yang berpuasa lebih baik tidak berbekam, agar puasanya terjaga daripada perkara yang membatalkannya, tidak menderma darah kecuali dalam keadaan terdesak untuk membantu orang sakit yang memerlukannya dan seumpamanya.
Adapun keluar darah dari hidung, atau melalui kahak, atau luka ataumencabut gigi dan seumpamanya tidak menjejaskan puasa.
7) Beberapa hukum umum mengenai puasa.
a- Wajib berpuasa dalam bulan Ramadhan dengan melihat anak bulan, kerana firman Allah Ta‘ala yang bermaksud: (البقرة: 185).
Sesiapa di antara kamu yang melihat anak bulan Ramadhan (atau mengetahuinya) maka hendaklah ia berpuasa”. (Al-Baqarah: 185).
b- Memadai sabit melihat anak bulan dengan pengakuan seorang muslim yang adil (tidak melakukan dosa besar), berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar y katanya:
(( تراءى النّاس الهلال، فأخبرت رسول الله r أني رأيته، فصام وأمر النّاس بصيامه )) رواه أبو داود والدارمي وغيرهما
Orang ramai melihat anak bulan, maka saya pun menyampaikan berita kepada Rasulullah r bahawa saya telah melihatnya. Baginda pun berpuasa dan mengarahkan agar semua berpuasa”. (H.R. Abu Daud dan ad-Darimi).
c- Keputusan menentukan permulaan puasa bagi setiap negara ialah di bawah kuasa pemerintah negara tersebut. Apabila ketua negara menentukan puasa atau tidak maka rakyat wajib mentaatinya. Jika berada dalam negara yang diperintah oleh bukan orang Islam, maka orang Islam mestilah mengikut keputusan yang dibuat oleh Pusat Islam atau seumpamanya demi untuk menjaga kesatuan umat Islam.
d- Boleh menggunakan teropong untuk melihat anak bulan dan tidak boleh berpegang dengan kiraan hisab falak dan memandang bintang untuk menentukan permulaan puasa atau hari raya. Wajib berpegang kepada melihat anak bulan, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Allah Ta‘ala dalam surah (البقرة: 185) yang bermaksud.
Sesiapa di antara kamu yang melihat anak bulan Ramadhan maka hendaklah ia berpuasa”. (Al-Baqarah: 185).
e- Sesiapa yang berada dalam bulan Ramadhan dari kalangan orang mukallafmaka wajiblah ke atasnya berpuasa, sama ada waktu siang panjang atau pendek.
f- Perkiraan bagi permulaan puasa Ramadhan bagi setiap negara ialah dengan melihat anak bulan daripada tempat naiknya (matla’) mengikut pendapat ulama’ yang rajih (kuat), kerana para ulama’ telah sepakat mengatakan tempat naik (matla’) anak bulan berbeza bagi setiap negeri. Hal yang tersebut termasuk dalam perkara yang diketahui umum, berdasarkan sabda Nabi r:
(( صوموا لرؤيته، وافطروا لرؤيته، فإن غُمَّ عليكم فأكملوا شعبان ثلاثين يوماً )) أخرجه البخاري ومسلم.
Berpuasalah dengan sebab melihat anak bulan dan berbukalah dengan melihatnya. Sekiranya cuaca mendung (kamu tidak dapat melihatnya) maka sempurnakan bilangan Sya’ban tiga puluh hari”. (H. R. Al-Bukhari dan Muslim).
g- Wajib ke atas orang yang berpuasa, berniat puasa pada waktu malam, berdasarkan sabda Nabi r:
(( إنما الأعمال بالنيّات، وإنما لكل امرئ ما نوى )) متفق عليه.
Setiap amalan mesti dengan niat. Sesungguhnya bagi setiap orang itu mengikut apa yang diniatkan”. (Muttafaq ‘alaih).
Sabda Nabi r:
(( من لم يجمع الصيام قبل الفجر فلا صيام له )) أخرجه أحمد وأبو داود والترمذي والنسائي من حديث حفصة رضي الله عنها.
Sesiapa yang tidak berniat puasa sebelum fajar maka tidak sah puasanya”. (H.R. Ahmad, Abu Daud, at-Tirmizi dan an-Nasai daripada hadis Hafsahradiallahu ‘anha).
h- Tidak halal bagi seorang muslim meninggalkan puasa atau berbuka sepanjang siang hari bulan Ramadhan kecuali ada keuzuran seperti sakit, musafir atau perempuan haid, nifas, hamil atau menyusukan anak, firman Allah Ta‘ala dalam surah (البقرة: 184) yang bermaksud.
Maka sesiapa di antara kamu yang sakit atau dalam musafir (bolehlah ia berbuka) kemudian wajib ia berpuasa sebanyak (bilangan hari yang ditinggalkan) itu pada hari-hari lain”. (Al-Baqarah: 184).
i- Orang sakit yang tidak mampu berpuasa atau sukar untuk menahan diri daripada perkara yang membatalkan puasa atau boleh membawa kemudaratan jika berpuasa, diharuskan baginya untuk tidak berpuasa pada bulan Ramadhan, tetapi hendaklah menggantikannya (qadha) pada masa yang lain mengikut bilangan hari yang ditinggalkannya.
j- Wanita yang sedang hamil atau menyusu anak. Seandainya takut kemudharatan berlaku ke atas dirinya sahaja, dibolehkan ke atas mereka ini berbuka puasa dan wajib ke atas mereka mengqadhakan puasa yang ditinggalkannya menurut ijma’ ulama’, kerana keadaan kedua-duanya seperti orang sakit yang takut binasa dirinya dengan sebab puasa.
k- Kalau wanita tersebut takut kemudharatan ke atas dirinya serta anaknya atau mudharat ke atas anaknya sahaja. Harus baginya berbuka puasa dan wajib ke atasnya qadha puasa yang ditinggalkan, berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Anas daripada Nabi r:
(( إن الله وضع عن المسافر نصف الصلاة والصوم، وعن الحبلى والمرضع )).
رواه النسائي وابن خزيمة وهو حديث حسن.
Allah I telah meringankan daripada orang musafir setengah solat dan puasaserta daripada wanita mengandung dan menyusu”. (H.R. An-Nasai dan Ibnu Khuzaimah, darjatnya: Hasan).
l- Orang yang terlalu tua sama ada lelaki atau perempuan, diberikan kelonggaran kepada mereka untuk meninggalkan puasa sekiranya puasa boleh menyebabkan kesukaran dan kesusahan yang berat ke atas mereka. Wajib ke atas keduanya memberi makan seorang miskin setiap hari. Dalilnya hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari daripada ‘Ataa’ beliau mendengar Ibnu ‘Abbas y membaca ayat: (البقرة: 184).
Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah (iaitu) memberi makan seorang miskin”. (Al-Baqarah: 184).
Kata Ibnu Abbas y: Ayat ini tidak dimansuhkan (dibatalkan hukumnya). Ianya digunakan untuk orang lelaki dan perempuan yang terlalu tua, yang tidak mampu melakukan puasa, maka diberi makan seorang miskin setiap hari”.
m- Musafir dikira salah satu daripada keuzuran yang diharuskan berbuka puasa, dalilnya hadis Anas t:
(كنا نسافر مع النبي r، فلم يعب الصائم على المفطر، ولا المفطر على الصائم) متفق عليه.
Kami bermusafir bersama Rasulullah r. Tidak ada sahabat yang berpuasa mencela orang yang tidak berpuasa dan orang yang tidak berpuasa pula tidak mencela orang yang berpuasa”. (Muttafaq ‘alaih).

HaNyA 30 JaM SuDaH PaNdAi MeMbAcA AL QURAN

Video bacaan Al Quran

fb

Total Pageviews

Ingatlah kata kata ku

Lihatlah di sekeliling kamu dan teguhkan pendirianmu; sepanjang hidup dan usiamu jangan mudah berputus harapan, senyum yang kau berikan dan air mata yang kau titiskan, simpan…jadikan tauladan; segala yang kau pandang dan dengar, simpan…buat pedoman
"...segala yang baik itu datang daripada Allah s.w.t, manakala kekurangan itu adalah kerana kelemahan diri ini sendiri... semoga kita sama-sama mendapat keberkatan dan keampunan daripada-Nya... Amin..."

Kata kata Ku

Aku faham bahawa dosa itu menghancurkan. Dosa menghancurkan harta, masa. aqal, hati, tenaga, keluarga dan segala-galanya. Hanya kerana sedikit keseronokan, manusia masih memilih untuk melakukan dosa walaupun kesan buruknya sangat besar sekali. Kenapa aku masih berdegil memilih dosa? Ntah berapa kali penyelesalan, kau masih melakukannya. Ya Allah, pimpinlah hambamu ini.
Aku tidak berdaya memimpin diriku ke jalan Mu tanpa pimpinanMu. Hanya kepadaMu, ku pohon doa.
"Sesungguhnya berjayalah orang yang setelah menerima peringatan itu berusaha membersihkan dirinya dengan taat dan amal soleh, Dan menyebut-nyebut dengan lidah dan hatinya akan Nama Tuhannya serta mengerjakan solat. Tetapi kebanyakan kamu utamakan kehidupan dunia, padahal kehidupan Akhirat lebih baik dan lebih kekal."- (Al-A`laa 14 - 17)

TRAFFIC

Get High Quality Traffic with LogiTRAFFIC

Assalammualaikum