Assalamualaikum ,
Do'a malaikat Jibril menjelang Ramadhan " "Ya Allah tolong abaikan puasa ummat Muhammad, apabila sebelum memasuki bulan Ramadhan dia tidak melakukan hal-hal yang berikut:
* Tidak memohon maaf terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya (jika masih ada);
* Tidak bermaafan terlebih dahulu antara suami isteri;
* Tidak bermaafan terlebih dahulu dengan orang-orang sekitarnya.
Maka Rasulullah pun mengatakan Amiin sebanyak 3 kali. Dapatkah kita
bayangkan, yang berdo'a adalah Malaikat dan yang meng-amiinkan adalah
Rasullullah dan para sahabat , dan dilakukan pada hari Jumaat.
Oleh itu, SAYA JUGA INGIN MEMOHON MAAF jika saya ada berbuat kesalahan, baik yang tidak di sengaja mahupun yang di sengaja , yang mungkin meyakitkan hati atau yang kurang meyenangkan, yang menyinggung perasaan atau yang mengecilkan hati, semoga kita dapat menjalani ibadah puasa dengan khusyuk, diberkati dan dirahmati Allah S.W.T, insyaallah.
ALHAMDULILLAH….RAMADHAN DATANG LAGI.. SEMOGA KITA SEMUA CERIA & DIBERKATI…….. INSYAALLAH….
Sesuatu yang baik, belum tentu benar. Sesuatu yang benar, belum tentu baik. Sesuatu yang bagus, belum tentu berharga. Sesuatu yang berharga, belum tentu bagus. Dan Sebenarnya Anda lebih berani dari apa yang anda duga, lebih kuat dari yang anda tahu, dan lebih pintar yang anda sangka, namun itu semua tersembunyi disebalik dinding bernama keraguan.
August 12, 2010
August 11, 2010
Menyingkap Ramadhan
RAMADHAN adalah sebuah bulan yang sangat erat dengan telinga setiap muslim, bahkan semenjak kecil ki ta telah dikenalkan dengan Ramadhan, kita semua mengetahui bahwa Ramadhan adalah bulan puasa, namun sangat jarang diantara kita yang mengerti apa arti Ramadhan dan makna yangterkandung dari kata "Ramadhan"itu sendiri.
Ramadhan secara leksikal berarti : membakar, amat panas. Penyebutan bulan Ramadhan -bulan ke-9 pada kalender Hijriah- sesuai dengan kondisi cuaca pada bulan tersebut."
Kita patut bangga menyaksikan semangat beribadah yang timbul saat bulan Ramadhan tiba, namun dalam kebanggaan tersebut kita lebih patut lagi bersedih karena fenomena yang ada adalah seakan-akan masyarakat kita menyembah Ramadhan dan bukan menyembah Tuhannya. Ramadhan, kalau memang kita menyembah Tuhannya Ramadhan maka tidak sepatutnyalah kita bermalas-malasan beribadah di luar bulan Ramadhan tersebut.
Ramadhan adalah sebuah kata yang terbentuk dari lima huruf, dan setiap hurufnya memiliki makna tertentu yaitu : Ra : rahmat (rahmat Allah), Mim : maghfirah (ampunan Allah), Dhod : Dhommanun li al jannah (jaminan untuk menggapai surga), Alif : Amaanun min an nar (terhindar dari neraka) Nun : Nurullahi al Azizi al Hakim al Ghofuuri ar Rahiim (cahaya dari Allah swt yang maha kuasa dan bijaksana, maha pengampun dan pengasih.)
Saat kita telaah makna yang terkandung dalam kata ramadhan tersebut kita akan semakin meyakini bahwa datangnya bulan Ramadhan adalah membawa sebuah keberkahan dari Allah SWT untuk kita sebagai hamba-Nya. Hal ini sesuai sabda Nabi Muhammad SAW dalam haditsnya, Artinya : dari Abi Hurairoh RA, bahwasanya nabi Muhammad SAW berkata saat Ramadhan telah tiba: telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah, pada bulan tersebut engkau diwajibkan berpuasa dan dibukalah pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka dan syaithan-syaithan di belenggu, dalam bulan tersebut ada satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan, barang siapa yang tidak mampu mendapatkan kebaikan bulan ramadhan tersebut maka haramlah baginya surga. Riwayat Ahmad, an Nasa'i, dan Baihaqi.
Dari hadits di atas terdapat kaitan yang sangat erat dengan bulan Ramadhan itu sendiri, rahmat dan magfirah adalah dua sisi yang sangat erat bagaikan dua sisi pada uang logam yang tak terpisahkan, disaat Allah SWT menurunkan rahmat-Nya maka maghfirah-Nyapun turun mengiringi, demikian juga sebaliknya. Ketika rahmat Allah SWT yang diiringi oleh maghfirah-Nya ini telah mengalir maka jaminan mendapatkan surga dan terhindar dari neraka telah menanti.
Namun hal ini semua hanya bisa didapat ketika kita bisa mendapatkan Nur Illahi yang maha Agung dan Bijaksana, maha Pengampun dan Pengasih. Jadi rangkaian huruf dari kata Ramadhan ini adalah sebuah pemaparan yang sangat jelas dalam proses perjalanan mendapatkan kebahagiaan.
Seolah Ramadhan membisikkan makna "Rahmat dan Magfirah Allah swt yang pasti berbuah jaminan untuk masuk surga dan terhindar dari api neraka hanya bisa diraih dengan cara mengikuti cahaya bimbingan dari Allah SWT. Allah SWT berfirman : Barang siapa yang tidak diberi cahaya oleh Allah SWT tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun. Alquran : an Nur 40.
Dan cahaya tersebut adalah Alquran yang Cahaya (Allah SWT) turunkan kepada Cahaya (Muhammad saw) di bulan Ramadhan yang penuh cahaya ini.
"Allah SWT berfirman dalam Alquran : artinya "Wahai orang-orang yang beriman telah datang kepada kalian petunjuk dan kami turunkan kepada kalian cahaya (Alquran) yang memberikan penjelasan. Alquran : an Nisa 174"
Kaitan ini sangatlah jelas di paparkan oleh Rasulullah SAW. dalam sebuah haditsnya, Beliau bersabda : artinya " Alquran dan puasa memberikan syafaat kepada hamba yang berpuasa pada hari kiamat, puasa berkata, wahai Tuhan, aku telah mencegahnya dari makan dan syahwat maka jadikanlah aku syafaat baginya, dan Alquran berkata, wahai Tuhan aku mengakibatkanya tidak tidur waktu malam maka jadikanlah aku syafaat baginya maka keduanya menjadi syafaat.Riwayat Ahmad, Tibrani, Hakim berkata Shohih dalam kategori imam Muslim.
Mari kita isi Ramadhan ini dengan mencintai Alquran yang merupakan mukjizat terbesar sepanjang zaman, di kagumi para ilmuwan, disambut gembira para cendikiawan,, orientalis murni tunduk penuh kekaguman, diterima setiap lapisan dan membacanya tak akan bosan, membaca, mempelajari, menelaah, dan mengaflikasikannya adalah sebuah amal kebajikan.
Dengan kecintaan ini kita harapkan bisa meraih nilai plus dari bulan Ramadhan ini yang dijanjikan oleh Rasulullah SAW dalam haditsnya, artinya "barang siapa berpuasa Ramadhan disertai keimanan dan dan "ihtisaban (karena Allah dan hanya mengharap pahala dari-Nya) maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. al hadits riwayat Bukhori, Muslim, Tirmizie dan Nasa'i.
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Abu Hurairoh, Beliau bersabda, artinya : barang siapa "qiyam" melaksanakan Ibadah, sholat dll) dalam bulan Ramadhan disertai keimanan dan "ihtisaban (karena Allah SWT dan hanya mengharap pahala dari-Nya maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Al Hadits diriwayat Bukhori dan Muslim.
Shiyam dan Qiyam menghantarkan kita menggapai nilai plus tersebut hingga kita bisa keluar dari bulan yang penuh berkah ini dengan predikat diampuni.
Ramadhan yang penuh berkah ini bukanlah sebuah pemberian gratis dari Allah SWT, justru sebaliknya adalah sebuah hutang yang kita pinjam dengan jaminan yang sangat mahal, yaitu berkurangnya umur sebanyak satu tahun.
Semoga Allah SWT senantiasa menerima shiyam kita dan amal shaleh lainnya dan mudah-mudahan tarhib ini dapat membangkitkan semangat beribadah kita sekalian sehingga membuka peluang bagi terwujudnya Indonesia yang lebih baik, lebih aman, lebih adil dan lebih sejahtera. Dan itu baru akan terwujud jika bangsa ini yang mayoritasnya adalah umat Islam kembali kepada Syariat Allah.
Ramadhan secara leksikal berarti : membakar, amat panas. Penyebutan bulan Ramadhan -bulan ke-9 pada kalender Hijriah- sesuai dengan kondisi cuaca pada bulan tersebut."
Kita patut bangga menyaksikan semangat beribadah yang timbul saat bulan Ramadhan tiba, namun dalam kebanggaan tersebut kita lebih patut lagi bersedih karena fenomena yang ada adalah seakan-akan masyarakat kita menyembah Ramadhan dan bukan menyembah Tuhannya. Ramadhan, kalau memang kita menyembah Tuhannya Ramadhan maka tidak sepatutnyalah kita bermalas-malasan beribadah di luar bulan Ramadhan tersebut.
Ramadhan adalah sebuah kata yang terbentuk dari lima huruf, dan setiap hurufnya memiliki makna tertentu yaitu : Ra : rahmat (rahmat Allah), Mim : maghfirah (ampunan Allah), Dhod : Dhommanun li al jannah (jaminan untuk menggapai surga), Alif : Amaanun min an nar (terhindar dari neraka) Nun : Nurullahi al Azizi al Hakim al Ghofuuri ar Rahiim (cahaya dari Allah swt yang maha kuasa dan bijaksana, maha pengampun dan pengasih.)
Saat kita telaah makna yang terkandung dalam kata ramadhan tersebut kita akan semakin meyakini bahwa datangnya bulan Ramadhan adalah membawa sebuah keberkahan dari Allah SWT untuk kita sebagai hamba-Nya. Hal ini sesuai sabda Nabi Muhammad SAW dalam haditsnya, Artinya : dari Abi Hurairoh RA, bahwasanya nabi Muhammad SAW berkata saat Ramadhan telah tiba: telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah, pada bulan tersebut engkau diwajibkan berpuasa dan dibukalah pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka dan syaithan-syaithan di belenggu, dalam bulan tersebut ada satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan, barang siapa yang tidak mampu mendapatkan kebaikan bulan ramadhan tersebut maka haramlah baginya surga. Riwayat Ahmad, an Nasa'i, dan Baihaqi.
Dari hadits di atas terdapat kaitan yang sangat erat dengan bulan Ramadhan itu sendiri, rahmat dan magfirah adalah dua sisi yang sangat erat bagaikan dua sisi pada uang logam yang tak terpisahkan, disaat Allah SWT menurunkan rahmat-Nya maka maghfirah-Nyapun turun mengiringi, demikian juga sebaliknya. Ketika rahmat Allah SWT yang diiringi oleh maghfirah-Nya ini telah mengalir maka jaminan mendapatkan surga dan terhindar dari neraka telah menanti.
Namun hal ini semua hanya bisa didapat ketika kita bisa mendapatkan Nur Illahi yang maha Agung dan Bijaksana, maha Pengampun dan Pengasih. Jadi rangkaian huruf dari kata Ramadhan ini adalah sebuah pemaparan yang sangat jelas dalam proses perjalanan mendapatkan kebahagiaan.
Seolah Ramadhan membisikkan makna "Rahmat dan Magfirah Allah swt yang pasti berbuah jaminan untuk masuk surga dan terhindar dari api neraka hanya bisa diraih dengan cara mengikuti cahaya bimbingan dari Allah SWT. Allah SWT berfirman : Barang siapa yang tidak diberi cahaya oleh Allah SWT tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun. Alquran : an Nur 40.
Dan cahaya tersebut adalah Alquran yang Cahaya (Allah SWT) turunkan kepada Cahaya (Muhammad saw) di bulan Ramadhan yang penuh cahaya ini.
"Allah SWT berfirman dalam Alquran : artinya "Wahai orang-orang yang beriman telah datang kepada kalian petunjuk dan kami turunkan kepada kalian cahaya (Alquran) yang memberikan penjelasan. Alquran : an Nisa 174"
Kaitan ini sangatlah jelas di paparkan oleh Rasulullah SAW. dalam sebuah haditsnya, Beliau bersabda : artinya " Alquran dan puasa memberikan syafaat kepada hamba yang berpuasa pada hari kiamat, puasa berkata, wahai Tuhan, aku telah mencegahnya dari makan dan syahwat maka jadikanlah aku syafaat baginya, dan Alquran berkata, wahai Tuhan aku mengakibatkanya tidak tidur waktu malam maka jadikanlah aku syafaat baginya maka keduanya menjadi syafaat.Riwayat Ahmad, Tibrani, Hakim berkata Shohih dalam kategori imam Muslim.
Mari kita isi Ramadhan ini dengan mencintai Alquran yang merupakan mukjizat terbesar sepanjang zaman, di kagumi para ilmuwan, disambut gembira para cendikiawan,, orientalis murni tunduk penuh kekaguman, diterima setiap lapisan dan membacanya tak akan bosan, membaca, mempelajari, menelaah, dan mengaflikasikannya adalah sebuah amal kebajikan.
Dengan kecintaan ini kita harapkan bisa meraih nilai plus dari bulan Ramadhan ini yang dijanjikan oleh Rasulullah SAW dalam haditsnya, artinya "barang siapa berpuasa Ramadhan disertai keimanan dan dan "ihtisaban (karena Allah dan hanya mengharap pahala dari-Nya) maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. al hadits riwayat Bukhori, Muslim, Tirmizie dan Nasa'i.
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Abu Hurairoh, Beliau bersabda, artinya : barang siapa "qiyam" melaksanakan Ibadah, sholat dll) dalam bulan Ramadhan disertai keimanan dan "ihtisaban (karena Allah SWT dan hanya mengharap pahala dari-Nya maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Al Hadits diriwayat Bukhori dan Muslim.
Shiyam dan Qiyam menghantarkan kita menggapai nilai plus tersebut hingga kita bisa keluar dari bulan yang penuh berkah ini dengan predikat diampuni.
Ramadhan yang penuh berkah ini bukanlah sebuah pemberian gratis dari Allah SWT, justru sebaliknya adalah sebuah hutang yang kita pinjam dengan jaminan yang sangat mahal, yaitu berkurangnya umur sebanyak satu tahun.
Semoga Allah SWT senantiasa menerima shiyam kita dan amal shaleh lainnya dan mudah-mudahan tarhib ini dapat membangkitkan semangat beribadah kita sekalian sehingga membuka peluang bagi terwujudnya Indonesia yang lebih baik, lebih aman, lebih adil dan lebih sejahtera. Dan itu baru akan terwujud jika bangsa ini yang mayoritasnya adalah umat Islam kembali kepada Syariat Allah.
Ramadhan Penuh Makna
Hari demi hari telah kita lewati di bulan Ramadhan ini, bulan yang penuh berkah, bulan dimana pintu kebaikan dibuka seluas-luasnya oleh Rabb semesta alam. Berbagai amalan ibadah akan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Pertanyaannya kemudian, sudahkah kita memaknai Ramadhan ini dengan benar?
Salah satu amalan paling penting di bulan ini adalah puasa, yakni menahan lapar, dahaga, dan hubungan suami istri sejak terbit fajar sampai tenggelamnya matahari. Tapi tentu saja esensi puasa bukan hanya seperti itu saja, sebab selain meninggalkan makan dan minum, puasa juga melazimkan kita untuk meninggalkan hawa nafsu. Lapar dan haus akan menjadi tidak bermakna ketika kita masih juga mengumbar kesenangan yang dilarang.
Puasa merupakan perisai dari panasnya api neraka, juga perisai dari hawa nafsu yang membelenggu. Selain itu puasa juga mempunyai keutamaan yang tidak ada dalam ibadah yang lain, yaitu pengaitannya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang telah berfirman dalam hadits qudsy,
“Puasa itu bagiKu dan aku memberi balasan dengannya.” (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Kelebihan puasa bisa dilihat dalam dua makna berikut:
1. Puasa termasuk amal yang tersembunyi dan amal batin yang tidak bisa dilihat orang lain, sehingga tidak mudah disusupi riya’.
2. Sebagai cara untuk menundukkan musuh Allah. Karena sarana yang digunakan musuh adalah syahwat. Syahwat bisa menjadi kuat karena makanan dan minuman. Selagi lahan syahwat tetap subur, maka syetan bisa berkeliaran di tempat gembalaan yang subur itu. Tapi jika syahwat ditinggalkan, maka jalan kesana juga menjadi sempit.
Ibnu Qudamah dalam Minhajul Qashidin mengungkapkan bahwa puasa mempunyai tiga tingkatan makna, yaitu:
1. Puasa secara umum, ialah menahan perut untuk tidak makan dan minum serta menahan kemaluan untuk melampiaskan syahwat.
2. Puasa secara khusus, ialah menahan pandangan, lidah, tangan, kaki, pendengaran, penglihatan, dan seluruh anggota tubuh dari dosa.
3. Puasa secara khusus dari yang khusus, ialah puasa hati dari hasrat-hasrat yang hina dan pikiran-pikiran yang menjauhkan dari Allah serta menahan diri dari hal-hal selain Allah secara keseluruhan.
Di antara adab berpuasa secara khusus adalah menahan pandangan mata, menjaga lidah dari ucapan-ucapan yang diharamkan dan dimakruhkan atau dari ucapan yang tidak bermanfaat, serta menjaga seluruh anggota badan. Dalam hadits riwayat Al-Bukhari disebutkan bahwa Nabi shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
“Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan palsu dan pengamalannya, maka Allah tidak mempunyai keperluan untuk meninggalkan makanan dan minumannya (puasanya).” (HR Al-Bukhari, Abu Dawud, dan At-Tirmidzi)
Puasa juga dapat melatih kita untuk mendidik jiwa. Menurut Al-Muhasibi, jika seseorang tahu bahwa tidak bisa maksimal untuk mendidik jiwanya, maka hendaknya dia mulai memberikan sentuhan rasa lapar. Ketika merasa lapar itulah jiwa seseorang biasanya mulai tunduk dan patuh, sehingga seseorang mulai bisa mencela jiwanya sendiri dan mengingatkannya pada adzab Allah dan tempat kembalinya kelak di sisi Allah.
Jiwa itu sedikit demi sedikit mulai bisa dikendalikan dan bisa dikekang sebagian keinginannya yang menggebu-gebu. Jiwa mulai bisa disadarkan akan keberadaan ancaman Allah. Dia mulai mengagungkan Allah dan berulang kali mengingat pedihnya siksa Allah.
Agar puasa Ramadhan tidak kehilangan makna, maka kita juga harus mengisinya dengan amalan-amalan ibadah, diantaranya adalah shalat tarawih berjamaah, bersedekah, dan membaca Al-Qur’an. Shalat tarawih berjamaah merupakan amalan yang sudah ada sejak zaman Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Salam, hanya saja beliau tidak terus menerus melaksanakannya secara berjamaah, karena khawatir akan dianggap sebagai sebuah kewajiban. Tradisi shalat tarawih berjamaah dihidupkan lagi oleh Khalifah Umar Ibnu Khattab.
Tentang Bersedekah dan membaca Al-Qur’an, Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhu berkata, “Sesungguhnya Nabi Shalallahu alaihi wa salam adalah orang yang paling pemurah dalam kebaikan dan beliau akan lebih dermawan (dari hari-hari biasanya) pada bulan Ramadhan, ketika Jibril datang menemuinya dan adalah Jibril selalu datang menemuinya setiap malam dari malam-malam bulan Ramadhan, hingga Ramadhan selesai, Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Salam membacakan al-Qur’an kepada Jibril. Dan di saat ia bertemu Jibril beliau lebih pemurah (lembut) dari angin yang berhembus dengan lembut”. (Muttafaq ‘alaih).
Banyak ulama salaf yang menutup kuliah-kuliahnya di bulan Ramadhan dan mengkhususkan diri untuk membaca dan mentadabburi Al-Qur’an. Dalam satu bulan banyak yang mengkhatamkan Al-Qur’an puluhan kali. Imam Syafi’i misalnya, beliau mengkhatamkan Al-Qur’an sebanyak 60 kali.
Untuk itu mari kita manfaatkan bulan suci ini dengan sebaik-baiknya, karena bisa jadi ini adalah Ramadhan terakhir kita. Rasululah Shalallahu ‘Alaihi wa Salam bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala, niscaya dosa-dosanya yang telah berlalu akan diampuni.” (Muttafaq ‘alaih). Wallahu a’lam.
Referensi:
1. ‘Abdul ‘Azhim bin Badawi Al-Khalafi, Panduan Fiqh Lengkap Jilid 2, Pustaka Ibnu Katsir, 2005
2. Al-Muhasibi, Renungan Suci Bekal Menuju Takwa, PUstaka Azzam, 2001
3. Ibnu Qudamah, Minhajul Qasidin Jalan Orang-orang yang Mendapat Petunjuk, Pustaka Al-Kautsar, 2005
Salah satu amalan paling penting di bulan ini adalah puasa, yakni menahan lapar, dahaga, dan hubungan suami istri sejak terbit fajar sampai tenggelamnya matahari. Tapi tentu saja esensi puasa bukan hanya seperti itu saja, sebab selain meninggalkan makan dan minum, puasa juga melazimkan kita untuk meninggalkan hawa nafsu. Lapar dan haus akan menjadi tidak bermakna ketika kita masih juga mengumbar kesenangan yang dilarang.
Puasa merupakan perisai dari panasnya api neraka, juga perisai dari hawa nafsu yang membelenggu. Selain itu puasa juga mempunyai keutamaan yang tidak ada dalam ibadah yang lain, yaitu pengaitannya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang telah berfirman dalam hadits qudsy,
“Puasa itu bagiKu dan aku memberi balasan dengannya.” (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Kelebihan puasa bisa dilihat dalam dua makna berikut:
1. Puasa termasuk amal yang tersembunyi dan amal batin yang tidak bisa dilihat orang lain, sehingga tidak mudah disusupi riya’.
2. Sebagai cara untuk menundukkan musuh Allah. Karena sarana yang digunakan musuh adalah syahwat. Syahwat bisa menjadi kuat karena makanan dan minuman. Selagi lahan syahwat tetap subur, maka syetan bisa berkeliaran di tempat gembalaan yang subur itu. Tapi jika syahwat ditinggalkan, maka jalan kesana juga menjadi sempit.
Ibnu Qudamah dalam Minhajul Qashidin mengungkapkan bahwa puasa mempunyai tiga tingkatan makna, yaitu:
1. Puasa secara umum, ialah menahan perut untuk tidak makan dan minum serta menahan kemaluan untuk melampiaskan syahwat.
2. Puasa secara khusus, ialah menahan pandangan, lidah, tangan, kaki, pendengaran, penglihatan, dan seluruh anggota tubuh dari dosa.
3. Puasa secara khusus dari yang khusus, ialah puasa hati dari hasrat-hasrat yang hina dan pikiran-pikiran yang menjauhkan dari Allah serta menahan diri dari hal-hal selain Allah secara keseluruhan.
Di antara adab berpuasa secara khusus adalah menahan pandangan mata, menjaga lidah dari ucapan-ucapan yang diharamkan dan dimakruhkan atau dari ucapan yang tidak bermanfaat, serta menjaga seluruh anggota badan. Dalam hadits riwayat Al-Bukhari disebutkan bahwa Nabi shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
“Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan palsu dan pengamalannya, maka Allah tidak mempunyai keperluan untuk meninggalkan makanan dan minumannya (puasanya).” (HR Al-Bukhari, Abu Dawud, dan At-Tirmidzi)
Puasa juga dapat melatih kita untuk mendidik jiwa. Menurut Al-Muhasibi, jika seseorang tahu bahwa tidak bisa maksimal untuk mendidik jiwanya, maka hendaknya dia mulai memberikan sentuhan rasa lapar. Ketika merasa lapar itulah jiwa seseorang biasanya mulai tunduk dan patuh, sehingga seseorang mulai bisa mencela jiwanya sendiri dan mengingatkannya pada adzab Allah dan tempat kembalinya kelak di sisi Allah.
Jiwa itu sedikit demi sedikit mulai bisa dikendalikan dan bisa dikekang sebagian keinginannya yang menggebu-gebu. Jiwa mulai bisa disadarkan akan keberadaan ancaman Allah. Dia mulai mengagungkan Allah dan berulang kali mengingat pedihnya siksa Allah.
Agar puasa Ramadhan tidak kehilangan makna, maka kita juga harus mengisinya dengan amalan-amalan ibadah, diantaranya adalah shalat tarawih berjamaah, bersedekah, dan membaca Al-Qur’an. Shalat tarawih berjamaah merupakan amalan yang sudah ada sejak zaman Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Salam, hanya saja beliau tidak terus menerus melaksanakannya secara berjamaah, karena khawatir akan dianggap sebagai sebuah kewajiban. Tradisi shalat tarawih berjamaah dihidupkan lagi oleh Khalifah Umar Ibnu Khattab.
Tentang Bersedekah dan membaca Al-Qur’an, Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhu berkata, “Sesungguhnya Nabi Shalallahu alaihi wa salam adalah orang yang paling pemurah dalam kebaikan dan beliau akan lebih dermawan (dari hari-hari biasanya) pada bulan Ramadhan, ketika Jibril datang menemuinya dan adalah Jibril selalu datang menemuinya setiap malam dari malam-malam bulan Ramadhan, hingga Ramadhan selesai, Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Salam membacakan al-Qur’an kepada Jibril. Dan di saat ia bertemu Jibril beliau lebih pemurah (lembut) dari angin yang berhembus dengan lembut”. (Muttafaq ‘alaih).
Banyak ulama salaf yang menutup kuliah-kuliahnya di bulan Ramadhan dan mengkhususkan diri untuk membaca dan mentadabburi Al-Qur’an. Dalam satu bulan banyak yang mengkhatamkan Al-Qur’an puluhan kali. Imam Syafi’i misalnya, beliau mengkhatamkan Al-Qur’an sebanyak 60 kali.
Untuk itu mari kita manfaatkan bulan suci ini dengan sebaik-baiknya, karena bisa jadi ini adalah Ramadhan terakhir kita. Rasululah Shalallahu ‘Alaihi wa Salam bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala, niscaya dosa-dosanya yang telah berlalu akan diampuni.” (Muttafaq ‘alaih). Wallahu a’lam.
Referensi:
1. ‘Abdul ‘Azhim bin Badawi Al-Khalafi, Panduan Fiqh Lengkap Jilid 2, Pustaka Ibnu Katsir, 2005
2. Al-Muhasibi, Renungan Suci Bekal Menuju Takwa, PUstaka Azzam, 2001
3. Ibnu Qudamah, Minhajul Qasidin Jalan Orang-orang yang Mendapat Petunjuk, Pustaka Al-Kautsar, 2005
Fadhilat Sembahyang Terawih
Fadhilat Sembahyang Terawih
Malam 1 : keluar dosa-dosa orang mukmin pada malam pertama sepertimana ia baru dilahirkan, mendapat keampunan dari Allah.Malam 2 : diampunkan dosa-dosa orang mukmin yang sembahyang terawih serta kedua ibubapanya (sekiranya mereka orang beriman).
Malam 3 : berseru Malaikat di bawah ‘Arasy supaya kami meneruskan sembahyang terawih terus menerus semoga Allah mengampunkan dosa engkau.
Malam 4 : memperolehi pahala ia sebagaimana pahala orang-orang yang membaca kitab-kitab Taurat, Zabur, Injil dan Al-Quran.
Malam 5 : Allah kurniakan baginya pahala seumpama orang sembahyang di Masjidilharam, Masjid Madinah dan Masjidil Aqsa.
Malam 6 : Allah kurniakan pahala kepadanya pahala Malaikat-malaikat yang tawaf di Baitul Ma’mur (70 ribu Malaikat sekali tawaf), serta setiap batu-batu dan tanah-tanah mendoakan supaya Allah mengampunkan dosa-dosa orang yang mengerjakan sembahyang terawih poda malam ini.
Malam 7 : Seolah-olah ia dapat bertemu dengan Nabi Musa serta menolong Nabi ‘Alaihissalam nenentang musuh ketatnya Fir’aun dan Hamman.
Malam 8 : Allah mengurniakan pahala orang sembahyang terawih sepertimana yang telah dikurniakan kepada Nabi Allah Ibrahim ‘Alaihissalam.
Malam 9 : Allah kurniakan pahala dan dinaikkan mutu ibadat hambanya seperti Nabi Muhammad S.A.W.
Malam 10 : Allah Subhanahuwata’ala mengurniakan kepadanya kebaikan di dunia dan di akhirat.
Malam 11 : Keluar ia daripada dunia (mati) bersih daripada dosa seperti ia baharu dilahirkan.
Malam 12 : Datang ia pada hari Qiamat dengan muka yang bercahaya (cahaya ibadatnya).
Malam 13 : Datang ia pada hari Qiamat dalam aman sentosa daripada tiap-tiap kejahatan dan keburukan.
Malam 14 : datang Malaikat menyaksikan ia bersembahyang terawih, serta Allah tiada menyesatkannya pada hari Qiamat.
Malam 15 : Semua Malaikat yang menanggung ‘Arasy, Kursi, berselawat dan mendoakannya supaya Allah mengampunkannya.
Malam 16 : Allah subhanahuwata’ala tuliskan baginya terlepas daripada neraka dan dimasukkan ke dalam Syurga.
Malam 17 : Allah kurniakan orang yang berterawih pahalanya pada malam ini sebanyak pahala Nabi-Nabi.
Malam 18 : Seru Malaikat : Hai hamba Allah sesungguhnya Allah telah redha kepada engkau dan ibubapa engkau (yang masih hidup atau mati)
Malam 19 : Allah Subhanahuwata’ala tinggikan darjatnya di dalam Syurga Firdaus.
Malam 20 : Allah kurniakan kepadanya pahala sekelian orang yang mati syahid dan orang-orang solihin.
Malam 21 : Allah binakan sebuah istana dalam Syurga daripada nur.
Malam 22 : Datang ia pada hari Qiamat aman daripada tiap-tiap dukacita dan kerisauan (tidaklah dalam keadaan huru-hara di Padang Masyar).
Malam 23 : Allah Subhanahuwataala binakan kepadanya sebuah bandar di dalam Syurga daripada nur.
Malam 24 : Allah buka peluang 24 doa yang mustajab bagi orang berterawih malam ini, (elok sekali berdoa ketika dalam sujud)
Malam 25 : Allah Taala angkatkan daripada siksa kubur.
Malam 26 : Allah kurniakan kepada orang berterawih pahala pada malam ini seumpama 40 tahun ibadat.
Malam 27 : Allah kurniakan orang berterawih pada malam ini ketangkasan melintas atas titian Sirotolmustaqim seperti kilat menyambar.
Malam 28 : Allah Subhanahuwataala kurniakan kepadanya pahala 1000 darjat di akhirat.
Malam 29 : Allah Subhanahuwataala kurniakan kepadanya pahala 1000 kali haji yang mabrur.
Malam 30 : Allah Subhanahuwataala beri penghormatan kepada orang berterawih pada malam terakhir ini yang teristimewa sekali, lalu berfirman:
“Hai hambaKu : makanlah segala jenis buah-buahan yang engkau ingini hendak makan di dalam syurga, dan mandilah engkau dariapda air syurga yang bernama Salsabila, serta munumlah air daripada telaga yang dikurniakan kepada Nabi Muhammad S.A.W. yang bernama ‘Al-Kauthar’.”
Makna dan fadhilat ramadhan,
1) Ta’rif Puasa (As-Siyam).
Menurut bahasa Arab: Menahan daripada melakukan semua perkara.
Menurut Istilah Syara’: Menahan diri daripada perkara-perkara yang membatalkan puasa, bermula dari terbit fajar (subuh) hingga terbenam matahari.
2) Hukum Puasa.
Berpuasa di bulan Ramadhan adalah salah satu daripada Rukun Islam dan merupakan salah satu daripada binaannya yang besar. Dalilnya, firman Allah Ta‘ala (Al-Baqarah:183) yang bermaksud:
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan ke atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan ke atas orang-orang sebelum kamu supaya kamu bertaqwa”
Juga berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar y katanya: Nabi rbersabda yang bermaksud:
“Islam itu dibina di atas lima rukun: Mengucap syahadah ‘Laa ilaaha illallah, Muhammadar Rasulullah’, mendirikan solat, mengeluarkan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan menunaikan haji ke Baitullah”. (Muttafaq ‘alaih: Al-Bukhari dan Muslim).
Puasa Ramadhan difardhukan ke atas umat Islam pada tahun kedua Hijrah.

3) Kelebihan (fadhilat) serta hikmat disyari‘atkan puasa.
Bulan Ramadhan merupakan suatu musim yang sangat berharga untuk melakukan ketaatan kepada Allah. Sekiranya diberi kesempatan (hidup) di dalamnya maka ia merupakan suatu nikmat yang besar serta limpahan kurniaan daripada Allah Yang Maha Mulia. Allah menganugerahkannya kepada hamba-Nya yang dikehendaki untuk memperbanyakkan amal kebajikan, menaikkan darjat, menghapuskan kesalahan dan mengukuhkan hubungan dengan penciptanya Jalla wa ‘Ala (Yang Maha Tinggi). Semoga dituliskan baginya pahala yang besar, ganjaran yang banyak dan dapat mencapai keredhaan Allah serta hatinya dipenuhi dengan rasa takut kepada Allah.
4) Syarat-syarat wajib Puasa.
Para ulama’ telah berijma’ (bersepakat) bahawa puasa diwajibkan ke atas setiap orang muslim yang baligh, berakal, sihat dan bermukim (tidak musafir). Demikian juga ia diwajibkan ke atas setiap wanita apabila suci daripada haid dan nifas.
5) Adab-adab Puasa.
a- Menjauhi daripada mengumpat, mengadu (menghasut) dan lainnya daripada perbuatan yang diharamkan oleh Allah. Setiap muslim mesti menjaga lidahnya daripada menyebut perkataan yang haram sertamemeliharanya daripada bercakap mengenai hal orang lain. Sabda Nabi yang bermaksud:
“Sesiapa yang tidak meninggalkan percakapan dusta bahkan terus melakukannya maka Allah tidak berhajat kepadanya untuk dia meninggalkan makanannya dan minumannya”. (H.R. Al-Bukhari).
b- Jangan meninggalkan makan sahur, kerana sahur boleh membantu orang yang berpuasa untuk menyempurnakan ibadat puasanya, agar dia dapat melalui siang harinya dalam keadaan rehat dan dapat menjalankan kerja-kerjanya dengan baik. Rasulullah r telah menggalakkan umatnya bersahur dengan sabdanya yang bermaksud:
“Sahur adalah makanan yang diberkati. Jangan kamu tinggalkannya walaupun dengan meminum seteguk air, kerana Allah I dan para malaikat-Nya mendoakan (memberi rahmat) kepada orang yang bersahur”. (H.R.Ahmad).
c- Segera berbuka puasa apabila telah pasti terbenam matahari (maghrib). Sabda Nabi yang bermaksud:
“Manusia sentiasa berada dalam keadaan baik sekiranya mereka segera berbuka puasa”. (Muttafaq ‘alaih).
d- Seboleh-bolehnya berbuka dengan ruthab (tamar separuh masak) atau tamar kering, kerana berbuka dengannya adalah sunnah. Kata Anas yang bermaksud:
“Rasulullah r berbuka puasa sebelum menunaikan solat dengan ruthab, jika tiada ruthab Baginda berbuka dengan tamar, jika tiada tamar dengan beberapa teguk air”. (H.R. Abu Daud).
e- Memperbanyakkan membaca al-Quran, berzikir, memuji dan memuja Allah, bersedekah, membuat kebajikan, melakukan amalan sunat dan lainnya daripada amalan yang soleh.
Kata Abdullah bin ‘Abbas yang bermaksud:
“Rasulullah r adalah seorang yang sangat pemurah dan suka melakukan kebaikan. Kemurahannya semakin bertambah di bulan Ramadhan ketika bertemu dengan Jibrail. Jibrail datang bertemu dengannya setiap malam di bulan Ramadhan untuk mengulang al-Quran. Keadaan Rasulullah r ketika bertemu Jibrail adalah sangat pemurah dalam melakukan kebajikan, lebih cepat daripada angin yang bertiup kencang”. (H.R. Al-Bukhari dan Muslim).
6) Perkara-perkara yang membatalkan puasa.
a- Makan dan minum dengan sengaja pada siang hari. Demikian juga dengan melakukan perkara-perkara lain yang membatalkan puasa seperti; memasukkan air ubat yang mengenyangkan atau menelan ubat melalui mulut, kerana hukumnya seperti hukum memakan makanan dan minuman. Adapun perbuatan mengeluarkan darah yang sedikit, seperti mengambil darah untuk dikaji maka ia tidak menjejaskan puasa.
b- Melakukan jima’ (persetubuhan) pada siang hari dalam bulan Ramadhan. Jima’ membatalkan puasa. Sesiapa yang melakukannya wajib bertaubat kepada Allah kerana telah mencabuli kehormatan bulan Ramadhan. Wajib ke atasnya mengqadha puasa hari yang dilakukan jima’ padanya dan membayar kifarat; iaitu dengan memerdekakan seorang hamba. Jika tidak ada hamba wajib ke atasnya berpuasa dua bulan berturut-turut. Jika tidak mampu, wajib ke atasnya memberi makan enam puluh orang miskin. Setiap orang diberikan setengah gantang gandum atau sebagainya daripada makanan (asasi) yang dimakan di negeri itu. Ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah y:
( بينما نحن جلوس عند النبي r إذ جاء رجل، فقال: يا رسول الله هلكت. قال: “ما لك؟” قال: وقعت على امرأتي وأنا صائم. فقال رسول الله r: “هل تجد رقبة تعتقها؟” قال: لا. قال: “فهل تستطيع أن تصوم شهرين متتابعين؟” قال: لا. قال: “فهل تجد إطعام ستين مسكيناً؟” قال: لا. قال: فمكث النبي r، فبينما نحن على ذلك أُتيَ النبي r بعَرَق فيه تمر -والعَرَق: المِكْتَل-، قال: “أين السائل؟” فقال: أنا. قال: “خذ هذا فتصدق به”. فقال الرجل: على أفقر مني يا رسول الله؟ فو الله ما بين لابتيها -يريد الحرتين- أهل بيت أفقر من أهل بيتي. فضحك النبي r حتى بدت أنيابه، ثم قال: “أطعمه أهلك)) رواه البخاري ومسلم.
“Sedang kami duduk bersama Rasulullah r tiba-tiba datang seorang lelaki memberitahu kepada Rasulullah: Wahai Rasulullah: Binasalah saya! Sabda Nabi: “Kenapa dengan kamu ini?”. Jawabnya: Saya telah melakukan jima’ dengan isteri saya sedangkan saya berpuasa. Sabda Nabi: “Apakah kamu memiliki seorang hamba?”. Jawabnya: Tidak. Sabda Nabi lagi: “Apakah kamumampu melakukan puasa dua bulan berturut-turut?”. Jawabnya: Tidak. Sabda Nabi lagi: “Apakah kamu mempunyai makanan untuk enam puluh orang miskin?”. Jawabnya: Tidak. Rasulullah diam seketika, tiba-tiba datang seorang membawa tamar satu ‘araq (sebuah bakul yang dibuat daripada daun kurma, anggaran muatannya sebanyak lima belas gantang) Nabi r pun bertanya: “Di mana orang yang bertanya tadi?”. Jawab lelaki itu: Saya. Sabda Nabi r: “Ambillah tamar ini dan sedekahkannya”. Jawab lelaki itu: Apakah kepada orang yang lebih fakir daripada saya wahai Rasulullah?. Demi Allah, tidak ada penduduk di antara dua tanah hitam (Madinah) ini lebih fakir daripada keluarga kami. Rasulullah r tersenyum hingga nampak gigi taringnya, kemudian Nabi r bersabda: “Berilah makan kepada keluargamu”. (H.R. Al-Bukhari dan Muslim).
c- Keluar mani dengan sebab bercumbu, bersentuhan atau mengeluarkan dengan tangan atau mengulang-ulang pandangan kepada perkara yang memberahikan. Apabila seorang yang sedang berpuasa mengeluarkan mani dengan sebab-sebab yang tersebut terbatallah puasanya dan wajib ke atasnya menggantikannya (qadha). Dia mesti meneruskan puasanya pada hari tersebut dan tidak dikenakan kifarat, wajib bertaubat, menyesali perbuatan tersebut dan beristighfar serta menjauhkan perkara-perkara yang boleh membangkitkan syahwatnya.
Kalau seseorang yang sedang berpuasa tidur kemudian bermimpi hingga keluar mani maka perkara tersebut tidak menjejaskan puasanya. Dia tidak dikenakan fidyah tetapi wajib ke atasnya mandi hadas.
d- Muntah dengan sengaja, iaitu dengan mengeluarkan makanan daripada perut melalui mulut. Tetapi jika termuntah dengan sendiri dan bukan dengan sengaja atau kehendak sendiri maka tidak menjejaskan puasanya, sabda Nabi r:
(( من ذرعه القيء فليس عليه قضاء، ومن استقاء عمداً فليقض )) رواه أبو داود والترمذي.
“Sesiapa yang termuntah tidak dikenakan qadha, dan sesiapa yang muntah dengan sengaja wajib ke atasnya qadha”. (H. R. Abu Daud dan at-Tirmizi).
e- Keluar darah haid atau nifas, sama ada keluar pada awal pagi atau petang ataupun sebelum terbenam matahari, maka puasanya terbatal
Bagi orang yang berpuasa lebih baik tidak berbekam, agar puasanya terjaga daripada perkara yang membatalkannya, tidak menderma darah kecuali dalam keadaan terdesak untuk membantu orang sakit yang memerlukannya dan seumpamanya.
Adapun keluar darah dari hidung, atau melalui kahak, atau luka ataumencabut gigi dan seumpamanya tidak menjejaskan puasa.
7) Beberapa hukum umum mengenai puasa.
a- Wajib berpuasa dalam bulan Ramadhan dengan melihat anak bulan, kerana firman Allah Ta‘ala yang bermaksud: (البقرة: 185).
“Sesiapa di antara kamu yang melihat anak bulan Ramadhan (atau mengetahuinya) maka hendaklah ia berpuasa”. (Al-Baqarah: 185).
b- Memadai sabit melihat anak bulan dengan pengakuan seorang muslim yang adil (tidak melakukan dosa besar), berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar y katanya:
(( تراءى النّاس الهلال، فأخبرت رسول الله r أني رأيته، فصام وأمر النّاس بصيامه )) رواه أبو داود والدارمي وغيرهما
“Orang ramai melihat anak bulan, maka saya pun menyampaikan berita kepada Rasulullah r bahawa saya telah melihatnya. Baginda pun berpuasa dan mengarahkan agar semua berpuasa”. (H.R. Abu Daud dan ad-Darimi).
c- Keputusan menentukan permulaan puasa bagi setiap negara ialah di bawah kuasa pemerintah negara tersebut. Apabila ketua negara menentukan puasa atau tidak maka rakyat wajib mentaatinya. Jika berada dalam negara yang diperintah oleh bukan orang Islam, maka orang Islam mestilah mengikut keputusan yang dibuat oleh Pusat Islam atau seumpamanya demi untuk menjaga kesatuan umat Islam.
d- Boleh menggunakan teropong untuk melihat anak bulan dan tidak boleh berpegang dengan kiraan hisab falak dan memandang bintang untuk menentukan permulaan puasa atau hari raya. Wajib berpegang kepada melihat anak bulan, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Allah Ta‘ala dalam surah (البقرة: 185) yang bermaksud.
“Sesiapa di antara kamu yang melihat anak bulan Ramadhan maka hendaklah ia berpuasa”. (Al-Baqarah: 185).
e- Sesiapa yang berada dalam bulan Ramadhan dari kalangan orang mukallafmaka wajiblah ke atasnya berpuasa, sama ada waktu siang panjang atau pendek.
f- Perkiraan bagi permulaan puasa Ramadhan bagi setiap negara ialah dengan melihat anak bulan daripada tempat naiknya (matla’) mengikut pendapat ulama’ yang rajih (kuat), kerana para ulama’ telah sepakat mengatakan tempat naik (matla’) anak bulan berbeza bagi setiap negeri. Hal yang tersebut termasuk dalam perkara yang diketahui umum, berdasarkan sabda Nabi r:
(( صوموا لرؤيته، وافطروا لرؤيته، فإن غُمَّ عليكم فأكملوا شعبان ثلاثين يوماً )) أخرجه البخاري ومسلم.
“Berpuasalah dengan sebab melihat anak bulan dan berbukalah dengan melihatnya. Sekiranya cuaca mendung (kamu tidak dapat melihatnya) maka sempurnakan bilangan Sya’ban tiga puluh hari”. (H. R. Al-Bukhari dan Muslim).
g- Wajib ke atas orang yang berpuasa, berniat puasa pada waktu malam, berdasarkan sabda Nabi r:
(( إنما الأعمال بالنيّات، وإنما لكل امرئ ما نوى )) متفق عليه.
“Setiap amalan mesti dengan niat. Sesungguhnya bagi setiap orang itu mengikut apa yang diniatkan”. (Muttafaq ‘alaih).
Sabda Nabi r:
(( من لم يجمع الصيام قبل الفجر فلا صيام له )) أخرجه أحمد وأبو داود والترمذي والنسائي من حديث حفصة رضي الله عنها.
“Sesiapa yang tidak berniat puasa sebelum fajar maka tidak sah puasanya”. (H.R. Ahmad, Abu Daud, at-Tirmizi dan an-Nasai daripada hadis Hafsahradiallahu ‘anha).
h- Tidak halal bagi seorang muslim meninggalkan puasa atau berbuka sepanjang siang hari bulan Ramadhan kecuali ada keuzuran seperti sakit, musafir atau perempuan haid, nifas, hamil atau menyusukan anak, firman Allah Ta‘ala dalam surah (البقرة: 184) yang bermaksud.
“Maka sesiapa di antara kamu yang sakit atau dalam musafir (bolehlah ia berbuka) kemudian wajib ia berpuasa sebanyak (bilangan hari yang ditinggalkan) itu pada hari-hari lain”. (Al-Baqarah: 184).
i- Orang sakit yang tidak mampu berpuasa atau sukar untuk menahan diri daripada perkara yang membatalkan puasa atau boleh membawa kemudaratan jika berpuasa, diharuskan baginya untuk tidak berpuasa pada bulan Ramadhan, tetapi hendaklah menggantikannya (qadha) pada masa yang lain mengikut bilangan hari yang ditinggalkannya.
j- Wanita yang sedang hamil atau menyusu anak. Seandainya takut kemudharatan berlaku ke atas dirinya sahaja, dibolehkan ke atas mereka ini berbuka puasa dan wajib ke atas mereka mengqadhakan puasa yang ditinggalkannya menurut ijma’ ulama’, kerana keadaan kedua-duanya seperti orang sakit yang takut binasa dirinya dengan sebab puasa.
k- Kalau wanita tersebut takut kemudharatan ke atas dirinya serta anaknya atau mudharat ke atas anaknya sahaja. Harus baginya berbuka puasa dan wajib ke atasnya qadha puasa yang ditinggalkan, berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Anas daripada Nabi r:
(( إن الله وضع عن المسافر نصف الصلاة والصوم، وعن الحبلى والمرضع )).
رواه النسائي وابن خزيمة وهو حديث حسن.
“Allah I telah meringankan daripada orang musafir setengah solat dan puasaserta daripada wanita mengandung dan menyusu”. (H.R. An-Nasai dan Ibnu Khuzaimah, darjatnya: Hasan).
l- Orang yang terlalu tua sama ada lelaki atau perempuan, diberikan kelonggaran kepada mereka untuk meninggalkan puasa sekiranya puasa boleh menyebabkan kesukaran dan kesusahan yang berat ke atas mereka. Wajib ke atas keduanya memberi makan seorang miskin setiap hari. Dalilnya hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari daripada ‘Ataa’ beliau mendengar Ibnu ‘Abbas y membaca ayat: (البقرة: 184).
“Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah (iaitu) memberi makan seorang miskin”. (Al-Baqarah: 184).
Kata Ibnu ‘Abbas y: Ayat ini tidak dimansuhkan (dibatalkan hukumnya). Ianya digunakan untuk orang lelaki dan perempuan yang terlalu tua, yang tidak mampu melakukan puasa, maka diberi makan seorang miskin setiap hari”.
m- Musafir dikira salah satu daripada keuzuran yang diharuskan berbuka puasa, dalilnya hadis Anas t:
(كنا نسافر مع النبي r، فلم يعب الصائم على المفطر، ولا المفطر على الصائم) متفق عليه.
“Kami bermusafir bersama Rasulullah r. Tidak ada sahabat yang berpuasa mencela orang yang tidak berpuasa dan orang yang tidak berpuasa pula tidak mencela orang yang berpuasa”. (Muttafaq ‘alaih).
August 9, 2010
Pesanan Imam Ghazali
Imam Ghazali: Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?
Murid 1: Orang tua
Murid 2: Guru
Murid 3: Teman
Murid 4: Kaum kerabat
Imam Ghazali: Semua jawapan itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita ialah MATI. Sebab itu janji Allah bahawa setiap yang bernyawa pasti akan mati ( Surah Ali-Imran :185).
Imam Ghazali: Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini ?
Murid 1: Negeri Cina
Murid 2: Bulan
Murid 3: Matahari
Murid 4: Bintang-bintang
Imam Ghazali: Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling benar adalah MASA LALU. Bagaimanapun kita, apapun kenderaan kita, tetap kita tidak akan dapat kembali ke masa yang lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini, hari esok dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.
Imam Ghazali: Apa yang paling besar didunia ini ?
Murid 1: Gunung
Murid 2: Matahari
Murid 3: Bumi
Imam Ghazali: Semua jawaban itu benar, tapi yang besar sekali adalah HAWA NAFSU (Surah Al Araf: 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu kita membawa ke neraka.
IMAM GHAZALI Apa yang paling berat didunia?
Murid 1: Baja
Murid 2: Besi
Murid 3: Gajah
Imam Ghazali: Semua itu benar, tapi yang paling be! rat adalah MEMEGANG AMANAH (Surah Al-Azab : 72 ). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka menjadi khalifah pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya berebut-rebut menyanggupi permintaan Allah SWT sehingga banyak manusia masuk ke neraka kerana gagal memegang amanah.
Imam Ghazali: Apa yang paling ringan di dunia ini ?
Murid 1: Kapas
Murid 2: Angin
Murid 3: Debu
Murid 4: Daun-daun
Imam Ghazali: Semua jawaban kamu itu benar, tapi yang paling ringan sekali didunia ini adalah MENINGGALKAN SOLAT. Gara-gara pekerjaan kita atau urusan dunia, kita tinggalkan solat
August 2, 2010
Mencari ketenangan hati
Ketenangan itu dicapai melalui zikrullah. Namun zikrullah yang bagaimana dapat memberi kesan dan impak kepada hati? Ramai yang berzikir tetapi tidak tenang. Ada orang berkata, “ketika saya dihimpit hutang, jatuh sakit, dicerca dan difitnah, saya pun berzikir. Saya ucapkan subhanallah, alhamdulillah, Allah hu Akbar beratus-ratus malah beribu-ribu kali tetapi mengapa hati tidak tenang juga?”
Zikrullah hakikatnya bukan sekadar menyebut atau menuturkan kalimah. Ada bezanya antara berzikir dengan “membaca” kalimah zikir. Zikir yang berkesan melibatkan tiga dimensi – dimensi lidah (qauli), hati (qalbi) dan perlakuan (fikli). Mari kita lihat lebih dekat bagaimana ketiga-tiga dimensi zikir ini diaplikasikan.
Katalah lidah kita mengucapkan subhanallah – ertinya Maha Suci Allah. Itu zikir qauli. Namun, pada masa yang sama hati hendaklah merasakan Allah itu Maha Suci pada zat, sifat dan af’al (perbuatannya). Segala ilmu yang kita miliki tentang kesucian Allah hendaklah dirasai bukan hanya diketahui. Allah itu misalnya, suci daripada sifat-sifat kotor seperti dendam, khianat, prasangka dan sebagainya.
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahan kamu dan memasukkan kamu ke dalam syurga-syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai…”At Tahrim 8
Firman Allah lagi:
“… Sungguh, Allah menyukai orang yang taubat dan menyukai orang yang menyucikan diri” al baqarah 222.
Sifat ini berbeza sekali dengan kita manusia yang kekadang begitu sukar memaafkan kesalahan orang lain. Dan segelintir yang mampu memaafkan pula begitu sukar melupakan – forgive yes, forget not! Hendak memberi hadiah kepada orang yang bersalah mencaci, memfitnah dan menghina kina? Ah, jauh panggang daripada api! Begitulah kotornya hati kita yang sentiasa diselubungi dendam, prasangka dan sukar memaafkan. Tidak seperti Allah yang begitu suci, lunak dan pemaaf. Jadi, apabila kita bertasbih, rasa-rasa inilah yang harus diresapkan ke dalam hati. Ini zikir qalbi namanya.
Tidak cukup di tahap itu, zikrullah perlu dipertingkatkan lagi ke dimensi ketiga. Hendaklah orang yang bertasbih itu memastikan perlakuannya benar-benar menyucikan Allah. Ertinya, dia melakukan perkara yang selaras dengan suruhan Allah yang Maha Suci dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya. Yang halal, wajib, harus dan sunat dibuat. Manakala yang haram dan makruh ditinggalkannya. Zina, mengumpat, mencuri, memfitnah dan lain-lain dosa yang keji dan kotor dijauhi. Bila ini dapat dilakukan kita telah tiba di dimensi ketiga zikrullah – zikir fikli!
Sekiranya ketiga-tiga dimensi zikrullah itu dapat dilakukan, maka kesannya sangat mendalam kepada hati. Sekurang-kurang hati akan dapat merasakan empat perkara:
“Katakanlah (Muhammad), tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah bertawakal orang-orang yang beriman.” At Taubah: 51
Seorang hamba akan pasrah dan merasakan bahawa dia wajar diuji. Bukankah dia seorang hamba? Dia akur dengan apa yang berlaku dan tidak mempersoalkan mengapa aku yang diuji? Kenapa aku, bukan orang lain? Ini samalah dengan mempersoalkan Allah yang mendatangkan ujian itu. Menerima hakikat bahawa kita layak diuji akan menyebabkan hati menjadi tenang. Jika kita “memberontak” hati akan bertambah kacau.
Imam Ghazali rhm pernah menyatakan bahawa cukuplah seseorang hamba dikatakan sudah “memberontak” kepada Tuhannya apabila dia menukar kebiasaan-kebiasaan dalam hidupnya apabila diuji Allah dengan sesuatu yang tidak disukainya. Misalnya, dia tidak lalu mahu makan-minum secara teratur, tidak mandi, tidak menyisir rambut, tidak berpakaian kemas, tidak mengemaskan misai dan janggut dan lain-lain yang menjadi selalunya menjadi rutin hidupnya. Ungkapan mandi tak basah, tidur tak lena, makan tak kenyang adalah satu “demonstrasi” seorang yang sudah tercabut rasa kehambaannya apabila diuji.
Bila ditimpa ujian kita diajar untuk mengucapkan kalimah istirja’ – innalillah wa inna ilaihi rajiun. Firman Allah:
“…Iaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-nyalah kami kembali.” Al baqarah 156
Mengapa kita diperintahkan mengucapkan istirja’? Kalimah ini sebenarnya mengingatkan kita agar kembali merasakan rasa kehambaan. Bahawa kita adalah hamba milik Allah dan kepada-Nya kita akan dikembalikan. Kita layak, patut dan mesti diuji kerana kita hamba, bukan tuan apalagi Tuhan dalam hidup ini.
Jika rasa kehambaan menyebabkan kita takut, hina, lemah sebaliknya rasa bertuhan akan menimbulkan rasa berani, mulia dan kuat. Seorang hamba yang paling kuat di kalangan manusia ialah dia yang merasa lemah di sisi Allah. Ketika itu ujian walau bagaimana berat sekalipun akan mampu dihadapi kerana merasakan Allah akan membantunya. Inilah rasa yang dialami oleh Rasulullah SAW yang menenteramkan kebimbangan Sayidina Abu Bakar ketika bersembunyi di gua Thaur dengan katanya, “la tahzan innallaha maana – jangan takut, sesungguhnya Allah bersama kita!”
Rasa bertuhan inilah yang menyebabkan para nabi dan Rasul, mujaddid dan mujtahid, para mujahid dan murabbi sanggup berdepan kekuatan majoriti masyarakat yang menentang mereka mahupun kezaliman pemerintah yang mempunyai kuasa. Tidak ada istilah kecewa dan putus asa dalam kamus hidup mereka. Doa adalah senjata mereka manakala solat dan sabar menjadi wasilah mendapat pertolongan Allah. Firman Allah:
“Dan pohonlah pertolongan dengan sabar dan solat.” Al Baqarah.
Dalam apa jua keadaan, positif mahupun negatif, miskin ataupun kaya, berkuasa ataupun rakyat biasa, tidak dikenali ataupun popular, hati mereka tetap tenang. Firman Allah:
“Dialah Tuhan yang menurunkan ketenangan ke dalam hati orang yang beriman, supaya keimanan mereka makin bertambah daripada keimanan yang telah ada. Kepunyaan Allah tentang langit dan bumi, dan Allah itu Maha Tahu dan Bijaksana.” Al Fathu 4.
Bila hati tenang berlakulah keadaan yang dijelaskan oleh Rasulullah SAW melalui sabdanya:
Maksudnya: Amat menarik hati keadaan orang beriman, semua pekerjaannya baik belaka, dan itu ada hanya pada orang beriman: Jika memperoleh kesenangan, dia bersyukur. Dan itu memberikannya kebaikan (pahala). Jika ditimpa bahaya (kesusahan), dia sabar dan itu juga memberikannya kebaikan.” – Al Hadis.
Kemudi dalam pelayaran kehidupan kita hati. Hati yang bersifat bolak-balik (terutamanya bila diuji) hanya akan tenang bila kita beriman kepada Allah – yakin kepada kasih-sayang, keampunan dan sifat pemurah-Nya. Dalam apa jua takdir yang ditimpakan-Nya ke atas kita adalah bermaksud baik sekalipun kelihatan negatif. Baik dan buruk hanya pada pandangan kita yang terbatas, namun pada pandangan-Nya yang Maha luas, semua yang ditakdirkan ke atas hamba-Nya pasti bermaksud baik.
Tidak salah untuk kita menyelesaikan masalah yang menimpa (bahkan kita dituntut untuk berbuat demikian), namun jika masalah itu tidak juga dapat diselesaikan, bersangka baik kepada Allah berdasarkan firman-Nya:
“Ada perkara yang kamu tidak suka tetapi ia baik bagi kamu dan ada perkara yang kamu suka tetapi ia buruk bagi kamu, Dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan kamu tidak mengetahuinya”
Surah Al Baqarah : 216
Seorang ahli hikmah, Ibn Atoillah menjelaskan hakikat ini menerusi katanya, “barang siapa yang menyangka sifat kasih sayang Allah terpisah dalam takdir-Nya, maka itu adalah kerana pen¬deknya penglihatan akal dan mata hati seseorang.”
Siapa tidak inginkan kekayaan, malah kita dituntut mencari harta. Namun jika setelah berusaha sedaya upaya, masih miskin juga, bersangka baiklah dengan Tuhan… mungkin itu caranya untuk kita mendapat pahala sabar. Begitu juga kalau kita ditakdirkan kita tidak berilmu, maka berusahalah untuk belajar, kerana itulah maksud Allah mentakdirkan begitu.
Kalau kita berkuasa, Allah inginkan kita melaksanakan keadilan. Sebaliknya, kalau kita diperintah (oleh pemimpin yang baik), itulah jalan untuk kita memberi ketaatan. Rupanya cantik kita gunakan ke arah kebaikan. Hodoh? kita terselamat daripada fitnah dan godaan. Ya, dalam apa jua takdir Allah, hati kita dipimpin untuk memahami apa maksud Allah di sebalik takdir itu.
Jadi, kita tidak akan merungut, stres dan tertekan dengan ujian hidup. Hayatilah kata-apa yang ditulis oleh Ibnu Atoillah ini:
“Untuk meringankan kepedihan bala yang menimpa, hendak dikenal bahawa Allah-lah yang menurunkan bala itu. Dan yakinlah bahawa keputusan (takdir) Allah itu akan memberikan yang terbaik.”
Tadbirlah hidup kita sebaik-baiknya, namun ingatlah takdir Tuhan sentiasa mengatasi tadbir insan. Jangan cuba mengambil alih “kerja Tuhan” yakni cuba menentukan arah angin dalam kehidupan ini tetapi buatlah kerja kita, yakni mengawal pelayaran hidup kita dengan meningkatkan iman dari semasa ke semasa. Kata bijak pandai: “It’s not what happens to you, but it’s what you do about it. It is not how low you fall but how high you bounce back!”
Jika tidak diuji, bagaimana hamba yang taat itu hendak mendapat pahala sabar, syukur, reda, pemaaf, qanaah daripada Tuhan? Maka dengan ujian bentuk inilah ada di kalangan para rasul ditingkatkan kepada darjat Ulul Azmi – yakni mereka yang paling gigih, sabar dan berani menanggung ujian. Ringkas¬nya, hikmah adalah kurnia termahal di sebalik ujian buat golongan para nabi, siddiqin, syuhada dan solihin ialah mereka yang sentiasa diuji.
Firman Allah: Apakah kamu mengira akan masuk ke dalam syurga sedangkan kepada kamu belum datang penderitaan sebagai¬mana yang dideritai orang-orang terdahulu daripada kamu, iaitu mereka ditimpa kesengsaraan, kemelaratan dan ke¬goncangan, sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya merintih: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?”
(Surah al-Baqarah: 214)
Pendek kata, bagi orang beriman, ujian bukanlah sesuatu yang negatif kerana Allah sentiasa mempunyai maksud-maksud yang baik di sebaliknya. Malah dalam keadaan ber¬dosa sekalipun, ujian didatangkan-Nya sebagai satu peng¬ampunan. Manakala dalam keadaan taat, ujian didatangkan untuk meningkatkan darjat.
Justeru, telah sering para muqarrabin (orang yang hampir dengan Allah) tentang hikmah ujian dengan berkata: “Allah melapangkan bagi mu supaya engkau tidak selalu dalam kesempitan dan Allah menyempitkan bagi mu supaya engkau tidak hanyut dalam kelapangan, dan Allah melepaskan engkau dari keduanya, supaya engkau tidak bergantung kepada sesuatu selain Allah.
Apabila keempat-empat perkara ini dapat kita miliki maka hati akan sentiasa riang, gembira dan tenang dengan setiap pekerjaan yang dilakukan. Sentiasa melakukan kerja amal, tolong menolong, bergotong royong, sentiasa bercakap benar, sopan dan hidup dengan berkasih sayang antara satu dengan lain.
Marilah kita bersihkan hati kita dari segala kotorannya dengan memperbanyak zikrullah. Itulah satu-satunya jalan untuk mencari kebahagiaan di dunia dan di akhirat nanti. Manusia perlukan zikir umpama ikan perlukan air. Tanpa zikir, hati akan mati. Tidak salah memburu kekayaan, ilmu, nama yang baik, pangkat yang tinggi tetapi zikrullah mestilah menjadi teras dan asasnya.
Insya-Allah, dengan zikrullah hati kita akan lapang sekalipun duduk di dalam pondok yang sempit apatah lagi kalau tinggal di istana yang luas. Inilah bukti keadilan Allah kerana meletakkan kebahagiaan pada zikrullah – sesuatu yang dapat dicapai oleh semua manusia tidak kira miskin atau kaya, berkuasa atau rakyat jelata, hodoh atau jelita. Dengan itu semua orang layak untuk bahagia asalkan tahu erti dan melalui jalan yang sebenar dalam mencarinya. Rupa-rupanya yang di cari terlalu dekat… hanya berada di dalam hati sendiri!
Zikrullah hakikatnya bukan sekadar menyebut atau menuturkan kalimah. Ada bezanya antara berzikir dengan “membaca” kalimah zikir. Zikir yang berkesan melibatkan tiga dimensi – dimensi lidah (qauli), hati (qalbi) dan perlakuan (fikli). Mari kita lihat lebih dekat bagaimana ketiga-tiga dimensi zikir ini diaplikasikan.
Katalah lidah kita mengucapkan subhanallah – ertinya Maha Suci Allah. Itu zikir qauli. Namun, pada masa yang sama hati hendaklah merasakan Allah itu Maha Suci pada zat, sifat dan af’al (perbuatannya). Segala ilmu yang kita miliki tentang kesucian Allah hendaklah dirasai bukan hanya diketahui. Allah itu misalnya, suci daripada sifat-sifat kotor seperti dendam, khianat, prasangka dan sebagainya.
- Dimensi kata, rasa dan tindakan
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahan kamu dan memasukkan kamu ke dalam syurga-syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai…”At Tahrim 8
Firman Allah lagi:
“… Sungguh, Allah menyukai orang yang taubat dan menyukai orang yang menyucikan diri” al baqarah 222.
Sifat ini berbeza sekali dengan kita manusia yang kekadang begitu sukar memaafkan kesalahan orang lain. Dan segelintir yang mampu memaafkan pula begitu sukar melupakan – forgive yes, forget not! Hendak memberi hadiah kepada orang yang bersalah mencaci, memfitnah dan menghina kina? Ah, jauh panggang daripada api! Begitulah kotornya hati kita yang sentiasa diselubungi dendam, prasangka dan sukar memaafkan. Tidak seperti Allah yang begitu suci, lunak dan pemaaf. Jadi, apabila kita bertasbih, rasa-rasa inilah yang harus diresapkan ke dalam hati. Ini zikir qalbi namanya.
Tidak cukup di tahap itu, zikrullah perlu dipertingkatkan lagi ke dimensi ketiga. Hendaklah orang yang bertasbih itu memastikan perlakuannya benar-benar menyucikan Allah. Ertinya, dia melakukan perkara yang selaras dengan suruhan Allah yang Maha Suci dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya. Yang halal, wajib, harus dan sunat dibuat. Manakala yang haram dan makruh ditinggalkannya. Zina, mengumpat, mencuri, memfitnah dan lain-lain dosa yang keji dan kotor dijauhi. Bila ini dapat dilakukan kita telah tiba di dimensi ketiga zikrullah – zikir fikli!
Sekiranya ketiga-tiga dimensi zikrullah itu dapat dilakukan, maka kesannya sangat mendalam kepada hati. Sekurang-kurang hati akan dapat merasakan empat perkara:
- Rasa kehambaan.
- Rasa bertuhan.
- Memahami maksud takdir.
- Mendapat hikmah di sebalik ujian.
- Rasa kehambaan.
“Katakanlah (Muhammad), tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah bertawakal orang-orang yang beriman.” At Taubah: 51
Seorang hamba akan pasrah dan merasakan bahawa dia wajar diuji. Bukankah dia seorang hamba? Dia akur dengan apa yang berlaku dan tidak mempersoalkan mengapa aku yang diuji? Kenapa aku, bukan orang lain? Ini samalah dengan mempersoalkan Allah yang mendatangkan ujian itu. Menerima hakikat bahawa kita layak diuji akan menyebabkan hati menjadi tenang. Jika kita “memberontak” hati akan bertambah kacau.
Imam Ghazali rhm pernah menyatakan bahawa cukuplah seseorang hamba dikatakan sudah “memberontak” kepada Tuhannya apabila dia menukar kebiasaan-kebiasaan dalam hidupnya apabila diuji Allah dengan sesuatu yang tidak disukainya. Misalnya, dia tidak lalu mahu makan-minum secara teratur, tidak mandi, tidak menyisir rambut, tidak berpakaian kemas, tidak mengemaskan misai dan janggut dan lain-lain yang menjadi selalunya menjadi rutin hidupnya. Ungkapan mandi tak basah, tidur tak lena, makan tak kenyang adalah satu “demonstrasi” seorang yang sudah tercabut rasa kehambaannya apabila diuji.
Bila ditimpa ujian kita diajar untuk mengucapkan kalimah istirja’ – innalillah wa inna ilaihi rajiun. Firman Allah:
“…Iaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-nyalah kami kembali.” Al baqarah 156
Mengapa kita diperintahkan mengucapkan istirja’? Kalimah ini sebenarnya mengingatkan kita agar kembali merasakan rasa kehambaan. Bahawa kita adalah hamba milik Allah dan kepada-Nya kita akan dikembalikan. Kita layak, patut dan mesti diuji kerana kita hamba, bukan tuan apalagi Tuhan dalam hidup ini.
- Rasa bertuhan.
Jika rasa kehambaan menyebabkan kita takut, hina, lemah sebaliknya rasa bertuhan akan menimbulkan rasa berani, mulia dan kuat. Seorang hamba yang paling kuat di kalangan manusia ialah dia yang merasa lemah di sisi Allah. Ketika itu ujian walau bagaimana berat sekalipun akan mampu dihadapi kerana merasakan Allah akan membantunya. Inilah rasa yang dialami oleh Rasulullah SAW yang menenteramkan kebimbangan Sayidina Abu Bakar ketika bersembunyi di gua Thaur dengan katanya, “la tahzan innallaha maana – jangan takut, sesungguhnya Allah bersama kita!”
Rasa bertuhan inilah yang menyebabkan para nabi dan Rasul, mujaddid dan mujtahid, para mujahid dan murabbi sanggup berdepan kekuatan majoriti masyarakat yang menentang mereka mahupun kezaliman pemerintah yang mempunyai kuasa. Tidak ada istilah kecewa dan putus asa dalam kamus hidup mereka. Doa adalah senjata mereka manakala solat dan sabar menjadi wasilah mendapat pertolongan Allah. Firman Allah:
“Dan pohonlah pertolongan dengan sabar dan solat.” Al Baqarah.
Dalam apa jua keadaan, positif mahupun negatif, miskin ataupun kaya, berkuasa ataupun rakyat biasa, tidak dikenali ataupun popular, hati mereka tetap tenang. Firman Allah:
“Dialah Tuhan yang menurunkan ketenangan ke dalam hati orang yang beriman, supaya keimanan mereka makin bertambah daripada keimanan yang telah ada. Kepunyaan Allah tentang langit dan bumi, dan Allah itu Maha Tahu dan Bijaksana.” Al Fathu 4.
Bila hati tenang berlakulah keadaan yang dijelaskan oleh Rasulullah SAW melalui sabdanya:
Maksudnya: Amat menarik hati keadaan orang beriman, semua pekerjaannya baik belaka, dan itu ada hanya pada orang beriman: Jika memperoleh kesenangan, dia bersyukur. Dan itu memberikannya kebaikan (pahala). Jika ditimpa bahaya (kesusahan), dia sabar dan itu juga memberikannya kebaikan.” – Al Hadis.
- Memahami maksud takdir Allah.
Kemudi dalam pelayaran kehidupan kita hati. Hati yang bersifat bolak-balik (terutamanya bila diuji) hanya akan tenang bila kita beriman kepada Allah – yakin kepada kasih-sayang, keampunan dan sifat pemurah-Nya. Dalam apa jua takdir yang ditimpakan-Nya ke atas kita adalah bermaksud baik sekalipun kelihatan negatif. Baik dan buruk hanya pada pandangan kita yang terbatas, namun pada pandangan-Nya yang Maha luas, semua yang ditakdirkan ke atas hamba-Nya pasti bermaksud baik.
Tidak salah untuk kita menyelesaikan masalah yang menimpa (bahkan kita dituntut untuk berbuat demikian), namun jika masalah itu tidak juga dapat diselesaikan, bersangka baik kepada Allah berdasarkan firman-Nya:
“Ada perkara yang kamu tidak suka tetapi ia baik bagi kamu dan ada perkara yang kamu suka tetapi ia buruk bagi kamu, Dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan kamu tidak mengetahuinya”
Surah Al Baqarah : 216
Seorang ahli hikmah, Ibn Atoillah menjelaskan hakikat ini menerusi katanya, “barang siapa yang menyangka sifat kasih sayang Allah terpisah dalam takdir-Nya, maka itu adalah kerana pen¬deknya penglihatan akal dan mata hati seseorang.”
Siapa tidak inginkan kekayaan, malah kita dituntut mencari harta. Namun jika setelah berusaha sedaya upaya, masih miskin juga, bersangka baiklah dengan Tuhan… mungkin itu caranya untuk kita mendapat pahala sabar. Begitu juga kalau kita ditakdirkan kita tidak berilmu, maka berusahalah untuk belajar, kerana itulah maksud Allah mentakdirkan begitu.
Kalau kita berkuasa, Allah inginkan kita melaksanakan keadilan. Sebaliknya, kalau kita diperintah (oleh pemimpin yang baik), itulah jalan untuk kita memberi ketaatan. Rupanya cantik kita gunakan ke arah kebaikan. Hodoh? kita terselamat daripada fitnah dan godaan. Ya, dalam apa jua takdir Allah, hati kita dipimpin untuk memahami apa maksud Allah di sebalik takdir itu.
Jadi, kita tidak akan merungut, stres dan tertekan dengan ujian hidup. Hayatilah kata-apa yang ditulis oleh Ibnu Atoillah ini:
“Untuk meringankan kepedihan bala yang menimpa, hendak dikenal bahawa Allah-lah yang menurunkan bala itu. Dan yakinlah bahawa keputusan (takdir) Allah itu akan memberikan yang terbaik.”
Tadbirlah hidup kita sebaik-baiknya, namun ingatlah takdir Tuhan sentiasa mengatasi tadbir insan. Jangan cuba mengambil alih “kerja Tuhan” yakni cuba menentukan arah angin dalam kehidupan ini tetapi buatlah kerja kita, yakni mengawal pelayaran hidup kita dengan meningkatkan iman dari semasa ke semasa. Kata bijak pandai: “It’s not what happens to you, but it’s what you do about it. It is not how low you fall but how high you bounce back!”
- Mendapat hikmah bila diuji.
Jika tidak diuji, bagaimana hamba yang taat itu hendak mendapat pahala sabar, syukur, reda, pemaaf, qanaah daripada Tuhan? Maka dengan ujian bentuk inilah ada di kalangan para rasul ditingkatkan kepada darjat Ulul Azmi – yakni mereka yang paling gigih, sabar dan berani menanggung ujian. Ringkas¬nya, hikmah adalah kurnia termahal di sebalik ujian buat golongan para nabi, siddiqin, syuhada dan solihin ialah mereka yang sentiasa diuji.
Firman Allah: Apakah kamu mengira akan masuk ke dalam syurga sedangkan kepada kamu belum datang penderitaan sebagai¬mana yang dideritai orang-orang terdahulu daripada kamu, iaitu mereka ditimpa kesengsaraan, kemelaratan dan ke¬goncangan, sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya merintih: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?”
(Surah al-Baqarah: 214)
Pendek kata, bagi orang beriman, ujian bukanlah sesuatu yang negatif kerana Allah sentiasa mempunyai maksud-maksud yang baik di sebaliknya. Malah dalam keadaan ber¬dosa sekalipun, ujian didatangkan-Nya sebagai satu peng¬ampunan. Manakala dalam keadaan taat, ujian didatangkan untuk meningkatkan darjat.
Justeru, telah sering para muqarrabin (orang yang hampir dengan Allah) tentang hikmah ujian dengan berkata: “Allah melapangkan bagi mu supaya engkau tidak selalu dalam kesempitan dan Allah menyempitkan bagi mu supaya engkau tidak hanyut dalam kelapangan, dan Allah melepaskan engkau dari keduanya, supaya engkau tidak bergantung kepada sesuatu selain Allah.
Apabila keempat-empat perkara ini dapat kita miliki maka hati akan sentiasa riang, gembira dan tenang dengan setiap pekerjaan yang dilakukan. Sentiasa melakukan kerja amal, tolong menolong, bergotong royong, sentiasa bercakap benar, sopan dan hidup dengan berkasih sayang antara satu dengan lain.
Marilah kita bersihkan hati kita dari segala kotorannya dengan memperbanyak zikrullah. Itulah satu-satunya jalan untuk mencari kebahagiaan di dunia dan di akhirat nanti. Manusia perlukan zikir umpama ikan perlukan air. Tanpa zikir, hati akan mati. Tidak salah memburu kekayaan, ilmu, nama yang baik, pangkat yang tinggi tetapi zikrullah mestilah menjadi teras dan asasnya.
Insya-Allah, dengan zikrullah hati kita akan lapang sekalipun duduk di dalam pondok yang sempit apatah lagi kalau tinggal di istana yang luas. Inilah bukti keadilan Allah kerana meletakkan kebahagiaan pada zikrullah – sesuatu yang dapat dicapai oleh semua manusia tidak kira miskin atau kaya, berkuasa atau rakyat jelata, hodoh atau jelita. Dengan itu semua orang layak untuk bahagia asalkan tahu erti dan melalui jalan yang sebenar dalam mencarinya. Rupa-rupanya yang di cari terlalu dekat… hanya berada di dalam hati sendiri!
Doa & Nisfu Syaaban
Q: Apa hukum baca yasin malam nisfu Syaaban?
A: Tidak ada salahnya baca Yasin pada bila2 masa pun dengan niat (hajat/doa) apa pun. Bacalah Quran atau mana2 surah atau mana2 bahagian dari Quran dan berdoalah dengan doa yang baik bila2 masapun juga.
Q: Benarkah pada malam nisfu Syaaban Allah mengkaji semula catatan hambaNya?
A: Wallahu a`lam. Yang pasti Allah berhak merubah apa saja yang telah ditentukan atas hambanya pada bila2 masa yang Ia kehendaki. Rezki, ajal, amal, nasib seseorang telahpun ditulis apabila ruh masuk dalam janin (ketika kita dalam rahim ibu) namun, Allah berhak merubah semua itu.
Q: Bolehkah buku catitan kita yang telah ditentukan sejak azali itu diubah?
A: Allah Maha kuasa melakukan apa saja (Qudrat) menurut apa saja kehendakNya (Iradat). Firmah Allah bermaksud "Allah menghapus apa saja (dari buku catitan) dan menetapkan apa saja yang Dia kehendaki, dan ditangan Nya Ummul Kitab (ibu kitab)..."
Q: Bukankah Qada dan Qadar Allah tetap akan berlaku?
A: Betul! Tetapi Allah berhak merubah satu ketetapan pada satu ketetapan yang lain menurut kehendak Nya. Sabda Nabi s.a.w. bermaksud "Tidak akan dapat ditolak suatu qada (ketetapan) melainkan dengan doa". Dari itu berdoalah...
Catitan: Selama ini mengapa kita berdoa jika tidak ingin suatu yang terbaik dari Allah? Jika segalanya telah tetap dan tidak boleh diubah, maka untuk apa kita disuruh berdoa? Kita diperintah agar husnuz zann (sangka baik) pada Allah... Berdoalah dan husnuz zann lah pada Nya yang Dia akan memberi yang terbaik dari doa kita...
Macamanapun, doa hendaklah diiringi dengan usaha... Satu ketika wabak melanda dan Umar al-Khattab menasihatkan sahabat2 keluar ke daerah lain. Sahabat bertanya "apakah kita ingin lari dari qadar (ketentuan) Allah?" Umar menjawab "Kita lari dari dari qadar Allah ke qadar Allah (yang lain)..."
Salam hormat dari
Http:www.drbadrulamin.blogspot.com
A: Tidak ada salahnya baca Yasin pada bila2 masa pun dengan niat (hajat/doa) apa pun. Bacalah Quran atau mana2 surah atau mana2 bahagian dari Quran dan berdoalah dengan doa yang baik bila2 masapun juga.
Q: Benarkah pada malam nisfu Syaaban Allah mengkaji semula catatan hambaNya?
A: Wallahu a`lam. Yang pasti Allah berhak merubah apa saja yang telah ditentukan atas hambanya pada bila2 masa yang Ia kehendaki. Rezki, ajal, amal, nasib seseorang telahpun ditulis apabila ruh masuk dalam janin (ketika kita dalam rahim ibu) namun, Allah berhak merubah semua itu.
Q: Bolehkah buku catitan kita yang telah ditentukan sejak azali itu diubah?
A: Allah Maha kuasa melakukan apa saja (Qudrat) menurut apa saja kehendakNya (Iradat). Firmah Allah bermaksud "Allah menghapus apa saja (dari buku catitan) dan menetapkan apa saja yang Dia kehendaki, dan ditangan Nya Ummul Kitab (ibu kitab)..."
Q: Bukankah Qada dan Qadar Allah tetap akan berlaku?
A: Betul! Tetapi Allah berhak merubah satu ketetapan pada satu ketetapan yang lain menurut kehendak Nya. Sabda Nabi s.a.w. bermaksud "Tidak akan dapat ditolak suatu qada (ketetapan) melainkan dengan doa". Dari itu berdoalah...
Catitan: Selama ini mengapa kita berdoa jika tidak ingin suatu yang terbaik dari Allah? Jika segalanya telah tetap dan tidak boleh diubah, maka untuk apa kita disuruh berdoa? Kita diperintah agar husnuz zann (sangka baik) pada Allah... Berdoalah dan husnuz zann lah pada Nya yang Dia akan memberi yang terbaik dari doa kita...
Macamanapun, doa hendaklah diiringi dengan usaha... Satu ketika wabak melanda dan Umar al-Khattab menasihatkan sahabat2 keluar ke daerah lain. Sahabat bertanya "apakah kita ingin lari dari qadar (ketentuan) Allah?" Umar menjawab "Kita lari dari dari qadar Allah ke qadar Allah (yang lain)..."
Salam hormat dari
Http:www.drbadrulamin.blogspot.com
Nisfu Syaaban
Nisfu Sya'aban
Adalah peristiwa hari ke-15 dalam bulan Sya'aban tahun Hijrah.Hari ini adalah hari dimana buku catatan amalan kita selama setahun diangkat ke langit dan diganti dengan buku catatan yang baru.
Catatan pertama yang akan dicatatkan dibuku yang baru akan bermula sebaik sahaja masuk waktu maghrib, (15 Sya'aban bermula pada 14 Sya'aban sebaik sahaja masuk waktu Maghrib).
Amalan Hari Nisfu Sya'aban
1. Solat Sunat Nisfu Sya'abanCara-cara:
1.Selepas solat Maghrib, lakukan solat sunat Nisfu Sya'aban sebanyak 2 rakaat.Rakaat 1 : baca Al-Fatihah & surah Al-Qadar 1 kali.
Rakaat 2 : baca Al-Fatihah & surah Al-Ikhlas 3 kali.
2. Membaca Surah Yasin sebanyak 3 kali selepas solat Maghrib.
Selepas Yasin pertama : mohon dipanjangkan umur di dalam kebajikan
Selepas Yasin kedua : mohon dimurahkan rezeki yang halal
Selepas Yasin ketiga : mohon ditetapkan iman dan Islam, mati di dalam iman dan pohonlah segala yang baik.
Kemudian baca Istighfar 11kali dan selawat 11 kali.
Baca doa nisfu Sya'aban.
(boleh dirujuk di dalam Surah Yasin Majmuk)
3. Baca surah ikhlas 1000 kali.
4. Berpuasa pada siangnya.
Oleh itu, luangkanlah masa untuk mengerjakan amalan sunat disamping amalan wajib.
Memandangkan hari ini adalah 26 Julai 2010 bersamaan 14 Sya'aban, 1431 boleh la kita menunaikan Solat Sunat Nisfu Sya'aban selepas Maghrib nanti. InsyaAllah..
sumber: http://missanisah.blogspot.com
Nota kaki : walaupun amalan menghidupkan malam ni mempunyai pandangan yg berbeza, ambillah kebaikan dan elakkan berniat semata2 hari ini. Bonus ibadah adalah hak ALLAH..Oleh itu perbetulkan niat ,sucikan diri dan terus jadikan amalan atas apa jua kebaikan. Semuga ALLAH melipat gandakan amalan kita sehingga ketemu RAMADAN ini
Cintailah
Jadilah engkau di dunia seolah-olah orang berjalan, diwaktu petang engkau tidak menunggu pagi dan apabila diwaktu pagi tidak menunggu petang, Perumpamaan aku dan dunia seperti orang musafir duduk berteduh dibawah pokok kemudian bangun dan meninggalkannya
What is your wish?
All your armies, all your fighters
All your tanks, and all your soldiers
Against a boy holding a stone
Standing there all alone
In his eyes I see the sun
In his smile I see the moon
And I wonder, I only wonder
Who is weak, and who is strong?
Who is right, and who is wrong?
And I wish, I only wish
That the truth has a tongue
Artist: Sami Yusuf
Album: Without You
Year: 2009
Words: Qasem Qasem
Performed by: Musarrat KarimI
Maksiat depan masjid
Sumber: Metro Online
PUTRAJAYA: Adegan ‘pelukan ghairah’ pasangan muda di depan Masjid Putra di sini, semakin menjijikkan sehingga pihak berkuasa terpaksa mengeluarkan lebih 180 surat hadir untuk soal siasat dalam tempoh sebulan terhadap pasangan kekasih kemaruk seks yang melakukan perbuatan tidak senonoh di lokasi terbabit.
Lokasi hangat yang hanya kira-kira 200 meter dari masjid berkenaan yang dikenali sebagai ‘dataran romantik’ itu semakin meriah dengan kegiatan berpelukan dan bercium secara terbuka pasangan kekasih terutama selepas solat Maghrib, setiap hari.
Bukan itu saja, adegan memberahikan sehingga terlupa azan Maghrib dan Isyak dilaungkan itu seolah-olah mengasyikkan pasangan terbabit untuk terus memainkan peranan bagi memuaskan nafsu masing-masing di depan khalayak, termasuk kanak-kanak yang mengunjungi kawasan itu.
Malah, bagi pasangan kekasih yang sudah ‘khayal’, mereka tidak segan silu beralih angin bagi meneruskan adegan seks sama ada di dalam kereta atau bergerak ke flet yang disewa pasangan bagi mengelak ditahan pihak berkuasa.
Kegiatan tidak bermoral dan menjijikkan itu didedahkan sumber Jabatan Agama Islam Wilayah Persekutuan (Jawi) kepada Harian Metro, yang mengakui kegiatan itu dilakukan pasangan kekasih berusia antara 19 hingga 28 tahun dan tidak kurang enam surat hadir dikeluarkan pada pasangan terbabit setiap hari.
Menurutnya, kegiatan pasangan kemaruk seks itu boleh dilihat hampir setiap hari apabila mereka menjadikan kawasan sekitar masjid berkenaan sebagai lokasi untuk melakukan kegiatan tidak senonoh secara terbuka.
“Pasangan ini datang dengan menaiki kereta mewah seperti Mercedez Benz dan Honda sebelum berpura-pura menjadi pelancong dengan melakukan aktiviti ringan, termasuk mengambil gambar pasangan masing-masing.
“Mereka akan mencari lokasi ‘panas’ sebelum duduk berdua-duaan dan perlahan-lahan memulakan adegan ringan diikuti berpelukan dan bercium dengan penuh ghairah secara terbuka,” katanya, semalam.
Sumber itu berkata, kegiatan maksiat secara terbuka di depan masjid itu berlarutan sejak beberapa bulan lalu, malah walaupun dipantau setiap hari, pasangan kemaruk seks tetap menjadikan dataran itu sebagai lokasi pemanas badan.
Beliau berkata, kebanyakan pasangan terbabit dipercayai bertugas dengan syarikat swasta dan kakitangan kerajaan berhampiran dan memberikan pelbagai alasan apabila didekati penguat kuasa.
“Kami terpaksa menggertak mereka dengan surat hadir kepada pejabat bagi mendapatkan penjelasan mengenai maksiat yang dilakukan secara terbuka dan memberikan tempoh dua hari untuk hadir di pejabat untuk diambil keterangan.
“Apa yang pasti, sama ada pasangan berkelakuan tidak senonoh ini ditarbiah atau didakwa di mahkamah syariah bergantung kepada penjelasan yang mereka berikan.
“Bagaimanapun, bagi pasangan yang ingkar dengan surat hadir itu, pihak berkuasa tidak mempunyai pilihan selain mengeluarkan waran tangkap,” katanya.
Selain itu, katanya, ada antara pasangan yang diberikan surat hadir itu seolah-olah tidak mengetahui mereka melakukan maksiat di depan masjid.
“Apa yang menyedihkan, ada pasangan yang tidak menyedari mereka berkelakuan tidak senonoh berhampiran masjid kerana dipercayai asyik dan khayal dengan pasangan masing-masing.
“Perbuatan tidak bermoral ini sepatutnya tidak berlaku di kawasan berhampiran masjid yang menjadi tumpuan umat Islam menunaikan solat,” katanya.
Bukan itu saja, katanya, ada pasangan yang terus melakukan pelukan dan bercium walaupun berhampiran mereka ada kanak-kanak yang mengunjungi tempat itu bersama ibu bapa mereka.
Sumber itu berkata, beliau hairan mengapa kawasan itu terus menjadi lokasi maksiat pasangan kekasih walaupun pemantauan pihak berkuasa dilakukan hampir setiap hari.
“Kami percaya, pasangan terbabit beranggapan mereka bebas berpelukan dan bercium berhampiran masjid kerana yakin pihak berkuasa akan terperangkap dengan anggapan lokasi berkenaan lazimnya bebas daripada kegiatan tidak senonoh.
“Berdasarkan, anggapan itu, pasangan terbabit tidak segan silu melakukan perbuatan tidak senonoh kerana yakin tidak ada pihak berkuasa yang memantau mereka,” katanya.
Bagaimanapun, sumber berkata, berdasarkan kepada peningkatan pasangan yang melakukan maksiat itu, pemantauan pihak berkuasa dipertingkatkan bagi menahan pasangan terbabit sebelum mereka melakukan perbuatan yang lebih buruk.
Apakah Dosa Bayi Perempuan ini
KEJAM... Mayat bayi perempuan dihurungi semut dijumpai di hadapan Masjid Permatang Duyong, Melaka, semalam. – Utusan/GAIE UCHEL
MELAKA 10 Feb. – Mungkin kehadirannya ke dunia ini tidak diingini. Namun perlukah bayi yang tidak berdosa ini diperlakukan sedemikian rupa?
Tidak dapat dibayangkan ada orang yang tergamak meninggalkan bayi yang masih bertali pusat di atas lantai di tepi pintu pagar sebuah masjid di sini
Tidak diketahui sama ada ada bayi itu masih bernyawa ketika ditinggalkan di situ. Apa yang pasti, badannya dihurungi semut sewaktu ditemui. Dan bayi itu tidak lagi bernyawa.
Tidak ada manusia waras tergamak memperlakukan sedemikian. Namun itulah yang berlaku terhadap bayi perempuan ini.
Siri kekejaman terhadap bayi yang kelahirannya tidak dikehendaki nampaknya semakin menjadi-jadi dan seolah-olah tiada penamatnya.
Sudah tiga hari berturut-turut kes yang hampir sama berlaku. Kelmarin, mayat bayi perempuan ditemui tertanam di Bukit Mertajam, Pulau Pinang dan semalam, seorang bayi ditinggalkan di hadapan rumah seorang pegawai polis di Kedah.
Penemuan terbaru awal pagi ini, cukup mengejutkan seluruh penduduk Kampung Permatang Duyong di sini.
Ketika ditemui, bayi yang cukup sifat itu hanya dibalut dengan sehelai kain putih.
Bilal masjid yang datang menunaikan solat Subuh merupakan orang pertama menjumpai mayat bayi itu yang pada mulanya disangka gumpalan baju.
Mohamad Abu, 60, berkata, dia ternampak gumpalan kain putih di atas lantai berhampiran pintu pagar kira-kira pukul 5.30 pagi.
“Saya tidak berapa perasan kerana keadaan ketika itu gelap. Saya ingat ia hanya baju putih yang mungkin dibawa angin dan terjatuh di situ.
“Ketika itu, saya tidak mempedulikan kain putih tersebut kerana hendak menunaikan solat Subuh,” katanya ketika ditemui pemberita di Masjid Jamek Permatang Duyong, hari ini.
Sebaik sahaja selesai solat, dia dikejutkan oleh jeritan seorang rakannya yang memberitahu ada mayat bayi perempuan di atas lantai berhampiran pagar masjid.
Mohamad yang bergegas keluar, terkejut apabila melihat mayat bayi yang dibaluti kain putih itu dihurungi semut.
“Saya betul-betul tidak sangka kain putih yang saya lihat tadi rupa-rupanya digunakan untuk membalut bayi,” katanya.
Dia kemudiannya segera menghubungi polis dan memaklumkan mengenai penemuan mayat bayi perempuan di masjid berkenaan.
Ketua Polis Daerah Melaka Tengah, Asisten Komisioner Salehhudin Abd. Rahman ketika dihubungi mengesahkan kejadian tersebut sambil memberitahu, polis sedang berusaha mengesan ibu bapa bayi berkenaan.
“Mayat bayi malang itu dihantar ke Hospital Melaka untuk bedah siasat bagi mengetahui punca kematian.
“Sehingga kini, belum ada tangkapan dilakukan. Siasatan lanjut sedang dijalankan untuk mengesan ibu bapanya termasuk mendapatkan rekod kelahiran daripada hospital dan klinik-klinik kerajaan serta swasta,” katanya.
Tambahnya, kes tersebut disiasat di bawah Seksyen 318 Kanun Keseksaan kerana menyembunyikan kelahiran dan menyebabkan kematian.
MELAKA 10 Feb. – Mungkin kehadirannya ke dunia ini tidak diingini. Namun perlukah bayi yang tidak berdosa ini diperlakukan sedemikian rupa?
Tidak dapat dibayangkan ada orang yang tergamak meninggalkan bayi yang masih bertali pusat di atas lantai di tepi pintu pagar sebuah masjid di sini
Tidak diketahui sama ada ada bayi itu masih bernyawa ketika ditinggalkan di situ. Apa yang pasti, badannya dihurungi semut sewaktu ditemui. Dan bayi itu tidak lagi bernyawa.
Tidak ada manusia waras tergamak memperlakukan sedemikian. Namun itulah yang berlaku terhadap bayi perempuan ini.
Siri kekejaman terhadap bayi yang kelahirannya tidak dikehendaki nampaknya semakin menjadi-jadi dan seolah-olah tiada penamatnya.
Sudah tiga hari berturut-turut kes yang hampir sama berlaku. Kelmarin, mayat bayi perempuan ditemui tertanam di Bukit Mertajam, Pulau Pinang dan semalam, seorang bayi ditinggalkan di hadapan rumah seorang pegawai polis di Kedah.
Penemuan terbaru awal pagi ini, cukup mengejutkan seluruh penduduk Kampung Permatang Duyong di sini.
Ketika ditemui, bayi yang cukup sifat itu hanya dibalut dengan sehelai kain putih.
Bilal masjid yang datang menunaikan solat Subuh merupakan orang pertama menjumpai mayat bayi itu yang pada mulanya disangka gumpalan baju.
Mohamad Abu, 60, berkata, dia ternampak gumpalan kain putih di atas lantai berhampiran pintu pagar kira-kira pukul 5.30 pagi.
“Saya tidak berapa perasan kerana keadaan ketika itu gelap. Saya ingat ia hanya baju putih yang mungkin dibawa angin dan terjatuh di situ.
“Ketika itu, saya tidak mempedulikan kain putih tersebut kerana hendak menunaikan solat Subuh,” katanya ketika ditemui pemberita di Masjid Jamek Permatang Duyong, hari ini.
Sebaik sahaja selesai solat, dia dikejutkan oleh jeritan seorang rakannya yang memberitahu ada mayat bayi perempuan di atas lantai berhampiran pagar masjid.
Mohamad yang bergegas keluar, terkejut apabila melihat mayat bayi yang dibaluti kain putih itu dihurungi semut.
“Saya betul-betul tidak sangka kain putih yang saya lihat tadi rupa-rupanya digunakan untuk membalut bayi,” katanya.
Dia kemudiannya segera menghubungi polis dan memaklumkan mengenai penemuan mayat bayi perempuan di masjid berkenaan.
Ketua Polis Daerah Melaka Tengah, Asisten Komisioner Salehhudin Abd. Rahman ketika dihubungi mengesahkan kejadian tersebut sambil memberitahu, polis sedang berusaha mengesan ibu bapa bayi berkenaan.
“Mayat bayi malang itu dihantar ke Hospital Melaka untuk bedah siasat bagi mengetahui punca kematian.
“Sehingga kini, belum ada tangkapan dilakukan. Siasatan lanjut sedang dijalankan untuk mengesan ibu bapanya termasuk mendapatkan rekod kelahiran daripada hospital dan klinik-klinik kerajaan serta swasta,” katanya.
Tambahnya, kes tersebut disiasat di bawah Seksyen 318 Kanun Keseksaan kerana menyembunyikan kelahiran dan menyebabkan kematian.
Al Quran
Abdullah bin Mas’ud r.a meriwayatkan bahawa Rasulullah s.a.w bersabda, “Sesiapa yang membaca satu huruf daripada kitab Allah swt maka untuknya diberi satu hasanah (kebaikan) sebagai ganjaran bagi huruf itu dan satu hasanah adalah sama dengan sepuluh pahala. Aku tidak berkata (alif,lam,mim) sebagai satu huruf tetapi (alif) adalah satu huruf, (lam) adalah satu huruf dan (mim) adalah satu huruf.” (Riwayat Tirmizi)
Dari Abu Umamah Al-bahili ra, dia berkata, saya mendengar Rasulullah saw bersabda, "Bacalah Al Qur'an. Karena ia pada hari kiamat nanti akan datang untuk memberikan syafaát kepada para pembacanya." (HR Muslim)
"Perumpamaan orang Mukmin yang membaca Al-Quran, adalah seperti bunga utrujjah, baunya harum dan rasanya lazat; orang Mukmin yang tidak membaca Al-Quran, adalah seperti buah kurma, baunya tidak begitu harum, tapi manis rasanya; orang munafiq yang membaca Al-Quran ibarat sekuntum bunga, berbau harum, tetapi pahit rasanya; dan orang munafiq yang tidak membaca Al-Quran, ia tak ubah seperti buah hanzalah, tidak berbau dan rasanya pahit sekali." (HR Bukhari)
Allah berfirman: "Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Qur'an) dengan perintah Kami. Sebelummnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengannya siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami". (Surah Asy Syuura ayat 52)
Allah berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu, apabila disebut (nama) Allah, gementarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka kerana-Nya dan kepada Allah lah mereka bertawakkal." (Surah Al Anfaal ayat 2)
Allah berfirman: "Dan apabila dibacakan Al Qur'an, maka dengarkanlah dengan baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat". (Surah Al A'raaf ayat 204)
Dari Abu Umamah Al-bahili ra, dia berkata, saya mendengar Rasulullah saw bersabda, "Bacalah Al Qur'an. Karena ia pada hari kiamat nanti akan datang untuk memberikan syafaát kepada para pembacanya." (HR Muslim)
"Perumpamaan orang Mukmin yang membaca Al-Quran, adalah seperti bunga utrujjah, baunya harum dan rasanya lazat; orang Mukmin yang tidak membaca Al-Quran, adalah seperti buah kurma, baunya tidak begitu harum, tapi manis rasanya; orang munafiq yang membaca Al-Quran ibarat sekuntum bunga, berbau harum, tetapi pahit rasanya; dan orang munafiq yang tidak membaca Al-Quran, ia tak ubah seperti buah hanzalah, tidak berbau dan rasanya pahit sekali." (HR Bukhari)
Allah berfirman: "Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Qur'an) dengan perintah Kami. Sebelummnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengannya siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami". (Surah Asy Syuura ayat 52)
Allah berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu, apabila disebut (nama) Allah, gementarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka kerana-Nya dan kepada Allah lah mereka bertawakkal." (Surah Al Anfaal ayat 2)
Allah berfirman: "Dan apabila dibacakan Al Qur'an, maka dengarkanlah dengan baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat". (Surah Al A'raaf ayat 204)
Kisah Israk Mikraj
Hadis Anas bin Malik r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Aku telah didatangi Buraq. Iaitu seekor binatang yang berwarna putih, lebih besar dari keldai tetapi lebih kecil dari baghal. Ia merendahkan tubuhnya sehinggalah perut buraq tersebut mencecah bumi.
Baginda bersabda lagi: Tanpa membuang masa, aku terus menungganginya sehinggalah sampai ke Baitulmuqaddis. Baginda bersabda lagi: Aku mengikatnya pada tiang masjid sebagaimana yang biasa dilakukan oleh para Nabi.
Baginda bersabda lagi: Sejurus kemudian aku masuk ke dalam masjid dan mendirikan sembahyang sebanyak dua rakaat. Setelah selesai aku terus keluar, secara tiba-tiba aku didatangi dengan semangkuk arak dan semangkuk susu oleh Jibril a.s. Aku memilih susu. Lalu Jibril a.s berkata: Engkau telah memilih fitrah.
Lalu Jibril a.s membawaku naik ke langit. Ketika Jibril a.s meminta agar dibukakan pintu, kedengaran suara bertanya: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutuskan. Lalu dibukakan pintu kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Nabi Adam a.s, beliau menyambutku serta mendoakan aku dengan kebaikan.
Seterusnya aku dibawa naik ke langit kedua. Jibril a.s meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutuskan. Pintu pun dibukakan kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Isa bin Mariam dan Yahya bin Zakaria, mereka berdua menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan.
Aku dibawa lagi naik langit ketiga. Jibril a.s meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutuskan. Pintu pun dibukakan kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Nabi Yusuf a.s ternyata dia telah dikurniakan sebahagian dari keindahan. Dia terus menyambut aku dan mendoakan aku dengan kebaikan.
Aku dibawa lagi naik ke langit keempat. Jibril a.s meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutuskan. Pintu pun dibukakan kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Nabi Idris a.s dia terus menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Firman Allah s.w.t Yang bermaksud: Dan kami telah mengangkat ke tempat yang tinggi darjatnya.
Aku dibawa lagi naik ke langit kelima. Jibril a.s meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutuskan. Pintu pun dibukakan kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Nabi Harun a.s dia terus menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan.
Aku dibawa lagi naik ke langit keenam. Jibril a.s meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutuskan. Pintu pun dibukakan kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Nabi Musa a.s dia terus menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan.
Aku dibawa lagi naik ke langit ketujuh. Jibril a.s meminta supaya dibukakan. Kedengaran suara bertanya lagi: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutuskan. Pintu pun dibukakan kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Nabi Ibrahim a.s dia sedang berada dalam keadaan menyandar di Baitul Makmur. Keluasannya setiap hari memuatkan tujuh puluh ribu malaikat. Setelah keluar mereka tidak kembali lagi kepadanya. Kemudian aku dibawa ke Sidratul Muntaha. Daun-daunnya besar umpama telinga gajah manakala buahnya pula sebesar tempayan. Baginda bersabda: Ketika baginda merayau-rayau meninjau kejadian Allah s.w.t, baginda dapati kesemuanya aneh-aneh. Tidak seorang pun dari makhluk Allah yang mampu menggambarkan keindahannya.
Lalu Allah s.w.t memberikan wahyu kepada baginda dengan mewajibkan solat lima puluh waktu sehari semalam. Tatakala baginda turun dan bertemu Nabi Musa a.s, dia bertanya: Apakah yang telah difardukan oleh Tuhanmu kepada umatmu? Baginda bersabda: Solat lima puluh waktu. Nabi Musa a.s berkata: Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan kerana umatmu tidak akan mampu melaksanakannya. Aku pernah mencuba Bani Israel dan memberitahu mereka. Baginda bersabda: Baginda kemudiannya kembali kepada Tuhan dan berkata: Wahai Tuhanku, berilah keringanan kepada umatku. Lalu Allah s.w.t mengurangkan lima waktu solat dari baginda.
Baginda kembali kepada Nabi Musa a.s dan berkata: Allah telah mengurangkan lima waktu solat dariku. Nabi Musa a.s berkata: Umatmu masih tidak mampu melaksanakannya. Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan lagi. Baginda bersabda: Baginda tak henti-henti berulang-alik antara Tuhan dan Nabi Musa a.s, sehinggalah Allah s.w.t berfirman Yang bermaksud: Wahai Muhammad! Sesungguhnya aku fardukan hanyalah lima waktu sehari semalam. Setiap solat fardu diganjarkan dengan sepuluh ganjaran. Oleh yang demikian, bererti lima waktu solat fardu sama dengan lima puluh solat fardu.
Begitu juga sesiapa yang berniat, untuk melakukan kebaikan tetapi tidak melakukanya, nescaya akan dicatat baginya satu kebaikan. Jika dia melaksanakannya, maka dicatat sepuluh kebaikan baginya. Sebaliknya sesiapa yang berniat ingin melakukan kejahatan, tetapi tidak melakukannya, nescaya tidak sesuatu pun dicatat baginya. Seandainya dia melakukannya, maka dicatat sebagai satu kejahatan baginya. Baginda turun hingga sampai kepada Nabi Musa a.s, lalu aku memberitahu kepadanya. Dia masih lagi berkata: Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan. Baginda menyahut: Aku terlalu banyak berulang alik kepada Tuhan, sehingga menyebabkan aku malu kepada-Nya. (HR Muslim)
Baginda bersabda lagi: Tanpa membuang masa, aku terus menungganginya sehinggalah sampai ke Baitulmuqaddis. Baginda bersabda lagi: Aku mengikatnya pada tiang masjid sebagaimana yang biasa dilakukan oleh para Nabi.
Baginda bersabda lagi: Sejurus kemudian aku masuk ke dalam masjid dan mendirikan sembahyang sebanyak dua rakaat. Setelah selesai aku terus keluar, secara tiba-tiba aku didatangi dengan semangkuk arak dan semangkuk susu oleh Jibril a.s. Aku memilih susu. Lalu Jibril a.s berkata: Engkau telah memilih fitrah.
Lalu Jibril a.s membawaku naik ke langit. Ketika Jibril a.s meminta agar dibukakan pintu, kedengaran suara bertanya: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutuskan. Lalu dibukakan pintu kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Nabi Adam a.s, beliau menyambutku serta mendoakan aku dengan kebaikan.
Seterusnya aku dibawa naik ke langit kedua. Jibril a.s meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutuskan. Pintu pun dibukakan kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Isa bin Mariam dan Yahya bin Zakaria, mereka berdua menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan.
Aku dibawa lagi naik langit ketiga. Jibril a.s meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutuskan. Pintu pun dibukakan kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Nabi Yusuf a.s ternyata dia telah dikurniakan sebahagian dari keindahan. Dia terus menyambut aku dan mendoakan aku dengan kebaikan.
Aku dibawa lagi naik ke langit keempat. Jibril a.s meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutuskan. Pintu pun dibukakan kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Nabi Idris a.s dia terus menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Firman Allah s.w.t Yang bermaksud: Dan kami telah mengangkat ke tempat yang tinggi darjatnya.
Aku dibawa lagi naik ke langit kelima. Jibril a.s meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutuskan. Pintu pun dibukakan kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Nabi Harun a.s dia terus menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan.
Aku dibawa lagi naik ke langit keenam. Jibril a.s meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutuskan. Pintu pun dibukakan kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Nabi Musa a.s dia terus menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan.
Aku dibawa lagi naik ke langit ketujuh. Jibril a.s meminta supaya dibukakan. Kedengaran suara bertanya lagi: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutuskan. Pintu pun dibukakan kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Nabi Ibrahim a.s dia sedang berada dalam keadaan menyandar di Baitul Makmur. Keluasannya setiap hari memuatkan tujuh puluh ribu malaikat. Setelah keluar mereka tidak kembali lagi kepadanya. Kemudian aku dibawa ke Sidratul Muntaha. Daun-daunnya besar umpama telinga gajah manakala buahnya pula sebesar tempayan. Baginda bersabda: Ketika baginda merayau-rayau meninjau kejadian Allah s.w.t, baginda dapati kesemuanya aneh-aneh. Tidak seorang pun dari makhluk Allah yang mampu menggambarkan keindahannya.
Lalu Allah s.w.t memberikan wahyu kepada baginda dengan mewajibkan solat lima puluh waktu sehari semalam. Tatakala baginda turun dan bertemu Nabi Musa a.s, dia bertanya: Apakah yang telah difardukan oleh Tuhanmu kepada umatmu? Baginda bersabda: Solat lima puluh waktu. Nabi Musa a.s berkata: Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan kerana umatmu tidak akan mampu melaksanakannya. Aku pernah mencuba Bani Israel dan memberitahu mereka. Baginda bersabda: Baginda kemudiannya kembali kepada Tuhan dan berkata: Wahai Tuhanku, berilah keringanan kepada umatku. Lalu Allah s.w.t mengurangkan lima waktu solat dari baginda.
Baginda kembali kepada Nabi Musa a.s dan berkata: Allah telah mengurangkan lima waktu solat dariku. Nabi Musa a.s berkata: Umatmu masih tidak mampu melaksanakannya. Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan lagi. Baginda bersabda: Baginda tak henti-henti berulang-alik antara Tuhan dan Nabi Musa a.s, sehinggalah Allah s.w.t berfirman Yang bermaksud: Wahai Muhammad! Sesungguhnya aku fardukan hanyalah lima waktu sehari semalam. Setiap solat fardu diganjarkan dengan sepuluh ganjaran. Oleh yang demikian, bererti lima waktu solat fardu sama dengan lima puluh solat fardu.
Begitu juga sesiapa yang berniat, untuk melakukan kebaikan tetapi tidak melakukanya, nescaya akan dicatat baginya satu kebaikan. Jika dia melaksanakannya, maka dicatat sepuluh kebaikan baginya. Sebaliknya sesiapa yang berniat ingin melakukan kejahatan, tetapi tidak melakukannya, nescaya tidak sesuatu pun dicatat baginya. Seandainya dia melakukannya, maka dicatat sebagai satu kejahatan baginya. Baginda turun hingga sampai kepada Nabi Musa a.s, lalu aku memberitahu kepadanya. Dia masih lagi berkata: Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan. Baginda menyahut: Aku terlalu banyak berulang alik kepada Tuhan, sehingga menyebabkan aku malu kepada-Nya. (HR Muslim)
Subscribe to:
Posts (Atom)
Video bacaan Al Quran
fb
Total Pageviews
363,756
Ingatlah kata kata ku
Lihatlah di sekeliling kamu dan teguhkan pendirianmu; sepanjang hidup dan usiamu jangan mudah berputus harapan, senyum yang kau berikan dan air mata yang kau titiskan, simpan…jadikan tauladan; segala yang kau pandang dan dengar, simpan…buat pedoman
"...segala yang baik itu datang daripada Allah s.w.t, manakala kekurangan itu adalah kerana kelemahan diri ini sendiri... semoga kita sama-sama mendapat keberkatan dan keampunan daripada-Nya... Amin..."
kata2 hikmah
Kata kata Ku
Aku faham bahawa dosa itu menghancurkan. Dosa menghancurkan harta, masa. aqal, hati, tenaga, keluarga dan segala-galanya. Hanya kerana sedikit keseronokan, manusia masih memilih untuk melakukan dosa walaupun kesan buruknya sangat besar sekali. Kenapa aku masih berdegil memilih dosa? Ntah berapa kali penyelesalan, kau masih melakukannya. Ya Allah, pimpinlah hambamu ini.
Aku tidak berdaya memimpin diriku ke jalan Mu tanpa pimpinanMu. Hanya kepadaMu, ku pohon doa.
Aku tidak berdaya memimpin diriku ke jalan Mu tanpa pimpinanMu. Hanya kepadaMu, ku pohon doa.
"Sesungguhnya berjayalah orang yang setelah menerima peringatan itu berusaha membersihkan dirinya dengan taat dan amal soleh, Dan menyebut-nyebut dengan lidah dan hatinya akan Nama Tuhannya serta mengerjakan solat. Tetapi kebanyakan kamu utamakan kehidupan dunia, padahal kehidupan Akhirat lebih baik dan lebih kekal."- (Al-A`laa 14 - 17)